Surplus Neraca Dagang Tak Mampu Angkat Rupiah

Adi Maulana Ibrahim|Katadata
Rupiah hari ini stagnan di tengah penguatan mayoritas mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/8/2021, 16.43 WIB

Nilai tukar rupiah ditutup stagnan di level Rp 14.372 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot hari ini setelah sempat bergerak melemah pada pembukaan tadi pagi. Rupiah tak bergerak dari posisi kemarin meski neraca perdagangan mencatatkan surplus US$ 2,6 miliar.

Mengutip Bloomberg, mayoritas mata uang Asia lainnya juga ditutup menguat. Penguatan juga terjadi pada yuan Tiongkok dan rupee India sebesar 0,08%, ringgit Malaysia 0,05%, bath Thailand dan dolar Singapura 0,15%, won Korea Selatan 0,69%, dolar Taiwan 0,01% serta dolar Hong Kong 0,07%. Sementara peso Filipina melemah 0,02% bersama yen Jepang 0,04%.

Diretkru TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah bergerak menguat dari posisi pembukaan usai rilis data neraca perdagangan Juli yang kembali mencetak surplus US$ 2,59 miliar. Nilai ini lebih tinggi dari surplus bulan sebelumnya US$ 1,32 miliar, namun masih lebih rendah dari surplus Juli 2020 sebesar US$ 3,26 miliar.

"Pelaku pasar merespon positif laporan BPS terkait neraca perdagangan pada Juli 2021 yang mengalami surplus US$ 2,59 miliar, realisasinya lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya," kata Ibrahim kepada Katadata.co.id, Rabu (18/8).

Nilai ekspor Indonesia Juli 2021 tercatat US$17,70 miliar. Realisasinya turun 4,53% dari realisasi bulan sebelumnya. Sementara dibandingkan Juli 2020, nilainya masih berhasil tumbuh 29,32%. Sementara, nilai impor Indonesia tercatat US$ 15,11 miliar, turun 12,22% dibandingkan Juni 2021 namun naik 44,44% secara tahunan.

Sementara berdasarkan jenisnya, surplus yang diperoleh dari transaksi perdagangan sektor nonmigas sebenarnya lebih tinggi yakni US$ 3,38 miliar. Namun nilainya berkurang karena terjadi defisit pada sektor migas US$ 790 juta.

Sementara dari faktor eksternal, menurut dia, ada sentimen laporan data penjualan retail terbaru mengindikasikan konsumen mulai mengurai pembeliannya. Penjualan ritel bulan Juli terkoreksi 1,1%, turun lebih banyak dari perkiraan Dow Jones yang akan turun 0,3%.

Konsumsi berkontribusi hampir 70% dari semua aktivitas di AS, sehingga penjualan ritel menjadi salah satu indikator penting yang diawasi pemerintah untuk menentukan perekonomian memasuki fase pemulihan. Sementara, pada saat yang bersamaan bank sentral AS, The Federal Reserve juga memberikan tolok ukur langkah tapering off alias pengetatan stimulus baru akan diambil apabila kondisi inflasi dan ketenagakerjaan menunjukkan pemulihan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said