Ekonomi India Melesat 20% pada Kuartal II Meski Diterpa Badai Covid-19
Ekonomi India tumbuh 20,1% pada kuartal kedua tahun ini meskipun ada gelombang virus corona kedua yang mematikan di negara itu. Pertumbuhan yang melesat terutama terjadi karena faktor kontraksi ekonomi tahun lalu yang sangat dalam.
Pada periode yang sama tahun lalu, India mengalami kontraksi mencapai 24,4% yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kontraksi dałam terjadi karena ekonomi terbesar ketiga di Asia itu memberlakukan penguncian yang ketat untuk menahan gelombang pertama pandemi Covid-19. Untuk keseluruhan tahun fiskal terakhir hingga Maret, produk domestik bruto menyusut 7,3%.
“Ini sesuai harapan. Sudah ada leading indicator yang menyatakan ada recovery dan faktor base impact (dari pertumbuhan negatif tahun lalu),” ujar Wakil Eektor Bengaluru Dr. B. R. Ambedkar School of Economics University N. R. Bhanumurthy kepada Nikkei Asia dikutip Kamis (2/9).
Sektor konstruksi mencatatkan kinerja paling baik dengan pertumbuhan mencapai 68,3%, berbanding terbalik dibandingkan kontraksi 49,5% pada periode yang sama tahun lalu. Manufaktur tumbuh 49,6%,sedangkan pertanian naik 4,5% dibandingkan tahin lalu.
“Ini sebagian besar gambaran cermin statistik dari apa yang terjadi pada periode yang sama tahun lalu, tetapi yang penting adalah pertumbuhan di sektor pertanian, yang merupakan satu-satunya sektor yang tidak menunjukkan pertumbuhan negatif pada Q1 tahun keuangan lalu," kata Bhanumurthy.
Ia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi India secara keseluruhan sekitar 9% untuk seluruh tahun fiskal.
Kerusakan ekonomi selama gelombang kedua tampaknya tidak separah tahun lalu karena penguncian lokal diberlakukan untuk mengendalikan penyebaran Covid-19, alih-alih penutupan nasional selama gelombang pertama.
Negara berpenduduk lebih dari 1,3 miliar orang itu mengalami lebih dari 400 ribu infeksi harian yang dikonfirmasi pada puncak gelombang Covid-19 kedua pada awal Mei, jauh lebih tinggi dari puncak 97.000 per hari yang dialami September lalu . Namun dalam beberapa minggu terakhir, kasus baru turun menjadi kurang dari 50.000 per hari. Hingga Selasa, India memiliki jumlah total kasus 32,77 juta, dengan 438.560 kematian.
Analis mengatakan, pemulihan ekonomi India sangat tergantung pada kemajuan upaya vaksinasi negara itu. Pada hari Jumat (27/8), 50% dari populasi orang dewasa India yang berjumlah 944 juta telah menerima dosis pertama, sementara 15% mendapatkan kedua dosis.
Negara ini kini memberikan sekitar 5 juta dosis per hari dan menargetkan data menginokulasikan semua orang dewasa secara penuh pada akhir Desember. Untuk mencapai tujuan itu, dibutuhkan hampir dua kali lipat tingkat vaksinasi harian.
“Dengan kecepatan vaksinasi sekarang, hampir pasti bahwa India tidak akan dapat memvaksinasi seluruh populasi orang dewasanya pada 31 Desember 2021,” demikian tertulis dalam laporan India Ratings and Research, sebuah perusahaan Grup Fitch, mengatakan dalam sebuah laporan pada Agustus. 1
Lembaga ini merevisi turun perkiraan PDB untuk seluruh tahun keuangan saat ini menjadi 9,4% dari proyeksi sebelumnya sebesar 9,6%.
Bhanumurthy setuju bahwa vaksinasi akan menjadi salah satu penentu "terbesar" untuk peningkatan pertumbuhan. Namun, ia menunjukkan bahwa India memberikan lebih dari 10 juta dosis dalam satu hari minggu lalu dan hampir menyentuh jumlah yang sama pada hari Selasa.
"Jika kecepatan vaksinasi terus seperti itu dan beberapa vaksin lagi masuk ke pasar, sexta beberapa vaksin baru masuk untuk anak-anak, kegiatan ekonomi akan mulai meningkat," katanya.