BI Pertahankan Bunga Rendah Hingga Ada Sinyal Kenaikan Inflasi

KATADATA/Arief Kamaludin
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, inflasi yang rendah disebabkan masih terbatasnya permintaan domestik.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
14/9/2021, 18.03 WIB

Bank Indonesia (BI) memastikan akan mempertahankan kebijakan suku bunga rendah untuk mendukung proses pemulihan ekonomi. Suku bunga acuan bank sentral saat ini yang berada di level 3,5% sejak Februari 2021 merupakan yang terendah sepanjang sejarah. 

"Kebijakan suku bunga rendah akan tetap dipertahankan hingga terdapat indikasi awal kenaikan inflasi," kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI dengan BI, Selasa (14/9).

Adapun saat ini, menurut dia, inflasi masih terpantau rendah. Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi Agustus hanya 1,59% secara year on year (yoy) dan 0,03% secara month-to-month (mtm).

Destry menjelaskan, terdapat beberapa penyebab inflasi yang masih rendah. Pertama, dipengaruhi masih terbatasnya permintaan domestik. Kedua, stabilitas nilai tukar rupiah dinilai masih terjaga. Ketiga, konsistensi kebijakan bank sentral mengarahkan eksepktasi inflasi pada kisaran target yakni 3% plus minus 1%.

"Serta dipengaruhi juga oleh eratnya koordinasi kebijakan dengan pemerintah pusat dan daerah melalui Tim Pengendali Inflasi (TPI) pusat dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID)," ujar Destry.

BPS mencatat kenaikan harga bulan lalu terutama pada kelompok pengeluaran pendidikan sebesar 1,20% secara mtm dengan andil 0,07% terhadap pembentukan inflasi. Selain itu, sektor kesehatan juga mencatatkan inflasi 0,32% dan perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,15%.

Adapun kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi antara lain, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,32% kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,07%, kelompok transportasi sebesar 0,05% kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,01% dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,07%.

Berdasarkan komponennya, komponen inti masih mencatatkan inflasi 0,21% secara mtm atau 1,3% secara tahunan. Sedangkan komponen harga yang diatur pemerintah mencatatkan inflasi 0,02% secara mtm atau 0,65% secara tahunan. Namun, adanya penurunan harga pangan membuat komponen inflasi harga yang bergejolak mengalami deflasi 0,64% mtm namun secara tahunan inflasi 3,8%.

Kenaikan suku bunga tak akan serta merta dilakukan BI meski bank sentral Amerika Serikat (AS) berencana mulai menarik stimulus dengan mengurangi pembelian obligasi secara bertahap. Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya telah menyatakan bahwa kebijakan bank sentral pada tahun ini akan diarahkan untuk mendorong pemulihan ekonomi. 

Sementara untuk mengatasi dampak penarikan stimulus atau tapering off oleh Bank Sentral Amerika Serikat, BI akan menempuh kebijakan intervensi stabilitas rupiah dan berkoordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan.  "Kebijakan makroprudensial akan tetap longgar. Kami tetap akan akomodatif," kata dia. 

BI telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak enam kali dari 5% pada Januari 2020 menjadi 3,50% sesuai hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan lalu. Sementara, tingkat suku bunga deposit fasility saat ini berada di level 2,75% dan suku bunga lending facility 4,25%.

Bank sentral mencatat, penurunan bunga acuan telah membantu mendorong penurunan suku bunga kredit perbankan. Tingkat suku bunga PUAB overnight pada Juni 2,80% turun 128 basis poin (bps) dari tahun lalu, suku bunga deposito satu bulan 3,50% juga turun 202 bps. Penurunan suku bunga diharapkan dapat mendorong penyaluran kredit dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Reporter: Abdul Azis Said