Badan Anggaran (Banggar) DPR RI menyetujui sejumlah target asumsi makro dalam postur sementara Rancangan Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (RAPBN) 2022. Pertumbuhan ekonomi disepakati 5,2%,atau di rentang bawah hasil rapat pemerintah bersama Komisi XI DPR RI akhir bulan lalu yang mematok target 5,2% hingga 5,5%.
"Untuk RAPBN 2022, digunakan asumsi makro pertumbuhan ekonomi 5,2%," kata Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara kepada Katadata.co.id usai rapat dengan Banggar DPR RI, Selasa (14/9).
Target asumsi makro lainnya juga tidak berubah dari hasil rapat dengan Komisi XI sebelumnya. Target inflasi tahun depan masih di angka 3%. Nilai tukar dipatok Rp 14.350 per dolar AS, sedangkan tingkat suku bunga Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun disepakati 6,8%.
Harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam RAPBN 2022 disepakati sebesar US$ 63 per barel. Lifting minyak 703 ribu barel per hari, sedangkan lifting gas 1.036 juta barel setara minyak per hari.
Dari seluruh indikator asumsi makro, hanya target pertumbuhan ekonomi yang berubah dari usulan pemerintah dalam nota keuangan RAPBN 2020. Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato nota keuangannya 16 Agustus lalu menyebut target pertumbuhan ekonomi tahun depan di kisaran 5% hingga 5,5%.
"Pertumbuhan ekonomi 2022 diperkirakan pada kisaran 5% hingga 5,5%. Kita akan berusaha maksimal mencapai target pertumbuhan di batas atas, yaitu 5,5%. Namun, harus tetap waspada, karena perkembangan Covid-19 masih sangat dinamis," kata Jokowi, Senin (16/8).
Berdasarkan komponen pengeluaran, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang menyumbang 57,7% terhadap pembentukan PDB diperkirakan tumbuh 5%-5,3% tahun depan. Komponen ini akan tumbuh lebih kuat dari proyeksi tahun ini yang hanya akan tumbuh 2,2% hingga 2,8%.
Selain itu, pertumbuhan ekspor dan impor juga diramal masih tinggi sekalipun melambat dari pertumbuhan tahun ini. Ekspor dengan andil 17,2% terhadap PDB, tahun depan diperkirkana akan tumbuh 5,8%-7,9%, lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan tahun ini 11,7%-14,6%. Kemudian impor dengan andil 16%, pada tahun 2022 akan tumbuh 6%-8,6%, dari proyeksi tahun ini 12,2%-16%.
Selain itu, komponen investasi yang memiliki andil 32,2%, tahun depan diperkirkana bisa tumbuh 5,6%-7%, lebih tinggi dari proyeksi tahun ini hanya 4,7%-6,1%. Selanjutnya konsumsi pemerintah yang menyumbang 9% terhadap PDB juga masih akan tumbuh positif 2,8%-4,5%, namun sedikit lebih lambat dari perkiraan tahun ini 3,9%-4,6%.
Sementara itu, IMF memperkirakan PDB Indonesia tahun depan akan naik tipis 5,9% dari perkiraan pertumbuhan tahun ini 5,8%. Namun, lembaga tersebut memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 6% pada April menjadi 3,9% pada proyeksi Juli.