Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melihat kondisi stabilitas sistem keuangan pada kuartal ketiga tahun ini berada dalam situasi normal meski Indonesia sempat menghadapi lonjakan kasus Covid-19 yang disikapi dengan penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).
"Stabilitas sistem keuangan untuk kuartal III 2021 berada dalam kondisi normal seiring dengan penurunan signifikan dari kasus covid-19," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Konferensi Pers KSSK terkait perkembangan makro ekonomi dan sektor keuangan kuartal III 2021 pada Rabu (27/10).
Sri Mulyani yang juga menjabat sebagai Ketua KSSK mengatakan kondisi ini merupakan hasil pemantauan seluruh anggota KSSK yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan yang diputuskan dalam rapat pada Senin (25/10). Ia memastikan keempat lembaga ini akan terus bersinergi untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Menurut Sri Mulyani, pemulihan ekonomi global terus berlanjut meski mengahadapi risiko terjadinya gelombang baru covid-19 akibat varian Delta dan mutasi lain di tengah ketimpangan distribusi vaksin. Hal ini juga, menurut dia, memicu distrupsi pada distribusi pasokan secara global.
"Global supply distruption yang ternyata lebih panjang menimbulkan kenaikan harga juga kenaikan harga-harga energi sehingga memicu inflasi di berbagai negara," kata Sri Mulyani.
Tak heran menurut dia, OECD dan IMF memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini. Kedua lembaga ini juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia karena lonjakan kasus yang sempat terjadi pada Juli lalu.
Meski demikian, Sri Mulyani optimistis kinerja perekonomian domestik terus membaik dengan melandainya kasus Covid-19 seiring keberhasilan penerapan PPKM. Belanja negara yang responsif dan fleksibel, menurut dia, juga terbukti efektif menjaga daya tahan masyarakat.
"Penurunan kasus harian covid sejak akhir Juli telah memberikan kesempatan bagi pemulihan aktivitas masyarakat, termausk aktivitas ekonomi dan ini berimpliksi positif terhadap kegiatan ekonomi dan penerimaan," kata dia.
Gubernur Bank Indoensia Perry Warjiyo memastikan akan terus mengoptimalkan bauran kebiijakan untuk mendorong pemulihan ekonomi, dari sisi moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran. Dari sisi moneter, menurut dia, suku bunga rendah BI 7 days reverse repo rate di level 3,5% akan ditertahankan.
"Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga nilai tukar dan ssitem keuanagan karena ketidakpastian pasar di tengah inflasi yang rendah," kata Perry.
BI, menurut di. juga melanjutkan kebijakan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sejalan dengan fendamental dan mekanisme pasar, sekaligus respon atas antisipasi tapering off The Fed. Kebijakan likuiditas longgar juga akan terus dipertahankan.
Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner OJK memastikan ketahanan lembaga keuangan tetap terjaga pada kuartal ketiga. Hal ini terlihat dari kondisi permodalan masing-masing industri keuangan.
"Rasio kecukupan permodalan perbankan per akhir September menapai 25,24% naik dari posisi akhir Juni 24,33%. Ini memberikan keyanikan bank dapat menyerap risiko di sistem keuangan," kata dia.
Kondisi permodalan yang kuat juga terlihat pada industri asuransi jiwa dan umum dengan risk based capital mencapai 587,7% dan 341,6%, jauh di atas batas aman 120%. Permodalan perusahaan pembiayaan juga terjaga dengan giring ratio yang mencapai 1,95 kali dan berada di batas aman.