Kementerian Keuangan dan bank sentral negara-negara G20 telah merampungkan Finance and Central Bank Deputies Meetings (FCMBD) pada hari ini. Ada enam sesi pembahasan awal yang dibicarakan dalam pertemuan 20 negara ekonomi terbesar dunia itu.
Pembahasan menyinggung soal risiko ekonomi pada tahun depan, perkembangan ekonomi digital dan hijau, hingga perpajakan. Hasil pembicaraan awal ini akan menjadi bekal untuk pertemuan kelompok kerja keuangan G20 pada Januari 2022 dan tingkat menteri serta gubernur bank sentral sebulan setelahnya.
“Baru pembahasan awal, belum terlihat perbedaan pandangan,” kata kata Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo dalam konferensi pers di Nusa Dua, Bali, Jumat (10/12).
Dalam sesi pertama, kemenkeu dan bank sentral G20 sepakat bahwa dunia masih dalam rel perbaikan ekonomi meski berjalan lambat. Beberapa risiko yang membayangi pemulihan adalah faktor kesehatan, inflasi, rantai pasok, serta perubahan iklim.
Selain itu sesi pertama pertemuan juga menyepakati normalisasi kebijakan di negara maju tak boleh merugikan negara lain. Oleh sebab itu mereka sepakat bahwa penarikan stimulus harus dilakukan dengan mulus dan tak mengganggu stabilitas sistem keuangan.
Dampak ekonomi dari pandemi juga menjadi pembahasan. Salah satu yang disinggung adalah bagaimana pagebluk memengaruhi nasib tenaga kerja. “Karena skill berbeda menuju new normal yang mengandalkan IT,” kata Dody.
Sesi kedua membahas mengenai arsitektur keuangan internasional. Dalam sesi ini, otoritas keuangan G20 kembali membahas soal pembenahan Dana Moneter Internasional (IMF) baik dari sisi permodalan maupun kelembagaannya.
Pertemuan ini kembali menyinggung wacana kenaikan kuota terutama dari negara berkembang. Hal ini untuk memperkuat kekuatan voting dari negara-negara tersebut di IMF. “Dari pengalaman, memang ini isu sulit untuk mencapai titik temu,” kata Dody.
Sedangkan sesi ketiga adalah regulasi sektor keuangan. Selain membahas keuangan digital, para pemangku kebijakan juga bersepakat untuk membicarakan lebih lanjut soal keamanan siber, “Termasuk risiko dari cryptocurrency,” kata Dody.
Sesi keempat membahas mengenai keuangan berkelanjutan termasuk ekonomi hijau. Dalam pertemuan awal, RI mengusulkan beberapa agenda terkait peningkatan kapasitas negara berkembang dan akses pendanaan global menuju transisi ekonomi ramah lingkungan.
“Akan dibahas showcase-nya seperti apa dan akan didukung organisasi internasional,” kata Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Ekonomi Makro dan Keuangan Internasional Wempi Saputra dalam kesempatan yang sama.
Sedangkan sesi kelima membahas pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Dalam sesi ini G20 bersepakat bahwa pengembangan infrastruktur harus melibatkan banyak pihak terutama otoritas di daerah.
Selain itu pertemuan awal menyepakati adanya pusat kajian sebagai acuan pengembangan infrastruktur yang mampu meningkatkan laju ekonomi daerah. “Kami juga mengusulkan pengembangan kapasitas untuk meningkatkan proyek menjadi bankable,” kata Wempi.
Adapun sesi keenam membahas perpajakan internasional. Dalam sesi ini, negara-negara G20 sepakat untuk melanjutkan pembahasan mengenai formulasi hak penarikan pajak bagi perusahaan yang beroperasi di banyak negara.
Selain itu pertemuan akan menindaklanjuti ketentuan pajak minimum global sebesar 15%. “Saat ini masih kerangka kerja, belum finalisasi. Semoga ada percepatan agar segera implementasi,” kata Wempi.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.