Bank Indonesia mulai mengantisipasi dampak rencana percepatan tapering off bank sentral Amerika Serikat yang diperkirakan dapat mengerek kenaikan yield US treasury lebih cepat. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kondisi pasar keuangan domestik, terutama dari sisi nilai tukar dan yield surat utang pemerintah.
"Kami memantau kemungkinan-kemungkinan kenaikan (yield) US Treasuy bisa lebih cepat, kemungkinan dimulai pada kuartal kedua tahun depan," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers virtual, Kamis (16/12).
The Fed telah mengumumkan rencana percepatan tapering off di mulai bulan depan. Ini memberi ruang kenaikan suku bunga lebih cepat. Berdasarkan pembacaan BI, suku bunga The Fed berpotensi naik satu kali pada paruh kedua tahun depan. Sementara berdasarkan perhitungan pasar, Fed Fund Rate kemungkinan naik dua kali.
Perry mengatakan, tapering off The Fed akan berpengaruh terhadap arus investasi portofolio global. Percepatan tapering off yang diikuti kenaikan suku bunga dapat mendorong capital outflow dari pasar keuangan negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.
Oleh karena itu, menurut Perry, BI akan terus memantau perkembangan yield Surat Berharga Negara (SBN) di dalam negeri dan nilai tukar rupiah. Ini bertujuan untuk menjaga stabilitas investasi portofolio asing yang masuk ke pasar keuangan SBN.
"BI tidak segan-segan untuk melakukan stabilisasi yang diperlukan, agar nilai tukar stabil dan mendukung pemulihan ekonomi Indonesia," kata dia.
Perry mengatakan, pihaknya masih akan memanfaatkan strategi triple intervention yang sudah diimplementasikan sebelumnya. Adapun intervensi di pasar spot, pasar DNDF serta pembelian SBN di pasar sekunder. "Kalau diperlukan terjadi outflow kita akan melakukan pembelian SBN di pasar sekunder," kata dia.
Bukan hanya mempersiapkan strategi triple intervention, Perry juga optimistis kondisi fundamental keuangan domestik sangat baik. Beberapa indikator seperti Current Account Deficit (CAD) masih rendah. BI memperkirakan CAD Indonesia tahun ini dan tahun depan masih rendah di bawah 1,5%.
Selain itu, menurut Perry, posisi cadangan devisa saat ini sangat tinggi. Cadangan devisa pada akhir November tercatat US$ 145,9 miliar, jauh di atas standar internasional.
The Fed sebelumnya mengumumkan akan mempercepat tapering off atau pengurangan pembelian asetnya mulai bulan depan. The Fed mulai mengurangi pembelian asetnya senilai US$ 15 miliar sejak bulan lalu. Dengan rencana percepatan tapering ini, maka pengurangan aset digandakan menjadi US$ 30 miliar.
Jika tidak ada perubahan, The Fed diperkirakan mengakhiri pembelian asetnya pada Maret 2022, atau tiga bulan lebih cepat dari rencana awal pada Juni 2022. Setelah itu, bank sentral akan mulai menaikkan suku bunga yang dipertahankan stabil 0%-0,25% pada pekan ini.
Proyeksi yang dirilis Rabu (15/12) juga menunjukkan bahwa pejabat The Fed melihat sebanyak tiga kenaikan suku bunga terjadi pada 2022, dengan dua di tahun berikutnya dan dua lagi pada 2024.