World Economic Forum (WEF) memperingatkan terdapat lima risiko utama yang dihadapi Indonesia di masa mendatang. Dua risiko paling besar adalah krisis utang negara ekonomi besar yang dapat mengganggu perekonomian serta potensi kerusakan lingkungan.
Peringatan WEF tersebut termuat dalam laporan terbarunya The Global Risks Report 2022. WEF menyurvei lebih dari 12 ribu pimpinan di tingkat negara di 124 negara untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi dunia dalam 10 tahun ke depan.
WEF juga menanyakan risiko yang akan dihadapi masing-masing negara dalam dua tahun ke depan. Adapun terdapat 37 jenis risiko yang dihadapi 124 negara di dunia dalam dua tahun mendatang menurut survei tersebut. Risiko-risiko tersebut dikategorisasikan ke dalam lima bidang, ekonomi, lingkungan, geopolitik, sosial dan teknologi.
Adapun lima risiko utama yang dihadapi Indonesia, yakni:
- Krisis utang negara besar
- Kerusakan lingkungan akibat manusia
- Ketenagakerjaan dan krisis mata pencaharian
- Geopolitisasi sumber daya strategis
- Kegagalan dari langkah keamanan siber
WEF menjelaskan, risiko akibat krisis utang negara besar dan kerusakan lingkungan dalam laporan tersebut memiliki skor yang sama. Oleh karena itu, WEF menempatkan dua risiko tersebut sebagai dua tantangan paling utama yang dihadapi Indonesia dalam 10 tahun mendatang.
Utang global dalam dua tahun terakhir memang meningkat tajam seiring kebutuhan pendanaan pandemi Covid-19. Kenaikan utang terutama terjadi di negara-negara besar, antara lain Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa.
Utang pemerintah Indonesia juga meningkat selama pandemi Covid-19. Hingga akhir November 2021, nilainya mencapai Rp 6.713,24 triliun. Utang ini naik 13,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau 40,5% dibandingkan sebelum pandemi akhir 2019.
Krisis utang negara besar bukan hanya dapat berdampak pada ekonomi Indonesia, tetapi juga menjadi tantangan global. WEF memasukkan risiko ini sebagai salah satu dari 10 risiko paling parah yang akan dihadapi dunia dalam 10 tahun mendatang. Krisis utang ada di urutan kesembilan, di atas risiko konfrontasi geoekonomi.
"Responden dalam survei mengidentifikasi krisis utang sebagai ancaman jangka pendek dan menengah yang kritis bagi dunia, dan salah satu risiko yang paling berpotensi parah selama satu dekade mendatang," kata WEF.
Responden memperkirakan, risiko peningkatan utang global akan mencapai titik puncaknya dalam tiga atau lima tahun mendatang. Laporan menunjukkan, stimulus pemerintah sangat penting untuk melindungi pendapatan, mempertahankan pekerjaan, dan menjaga agar dunia usaha tetap berjalan.
"Tetapi beban utang sekarang tinggi dan anggaran publik (pemerintah) akan terus diperpanjang setelah pandemi, bahkan mereka (utang) dibutuhkan untuk membiayai transisi yang adil dan hijau," ujar WEF.
Bukan hanya Indonesia, krisis utang negara besar menjadi risiko utama juga dihadapi beberapa negara lain seperti Kanada, Chad, Republik Ceko, Italia, Yordania, Pakistan, Tanzania dan Thailand.
Di samping krisis utang, tantangan utama Indonesia juga datang dari sisi lingkungan, yakni adanya kerusakan lingkungan yang disebabkan manusia. WEF mendefinisikan tantangan ini sebagai risiko kehilangan nyawa manusia, kerugian finansial dan kerusakan ekosistem sebagai akibat kegagalan untuk hidup berdampingan dengan ekosistem hewan. Ini ditunjukkan dengan deregulasi kawasan lindung, kecelakaan industri, tumpahan minyak, kontaminasi radioaktif, perdagangan satwa liar dan lainnya.
Selain Indonesia, terdapat beberapa negara lainnya yang juga memiliki risiko kerusakan lingkungan sebagai risiko utama mereka di masa depan. Mereka, yakni Bosnia dan Herzegovina, Bulgaria, Kamboja, Kongo, Ghana, Malaysia, Malta, Mongolia, Makedonia Utara, Polandia, Rumania, Serbia dan Sri Lanka.
Laporan risiko global yang dikeluarkan WEF tersebut merupakan survei rutin yang sudah diterbitkan sejak 2006. Responden dalam survei ini mencakup 41% berasal dari kalangan bisnis, 17% akademisi, 16% pemerintahan, 10% NGO, 9% organisasi internasional dan sisanya dari institusi lainnya.
Catatan redaksi: Judul berita diubah dari semula "Utang Jadi Risiko Utama Ekonomi Indonesia dalam 10 Tahun ke Depan" beserta sebagian isi dalam berita. Perubahan dilakukan karena terdapat kesalahan persepsi penulis terhadap laporan WEF. Redaksi meminta maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan.