Rupiah Melemah Rp 14.351/US$ Tertekan Memanasnya Konflik Rusia-Ukraina

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi. Rupiah diperkirakan melemah ke arah Rp 14.360 per dolar AS hari ini, dengan potensi support di Rp 14.300 per dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
18/2/2022, 09.49 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 4 poin ke level Rp 14.330 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah terimbas konflik Rusia-Ukraina yang kembali memanas usai insiden baku tembak di pada Kamis malam (17/2).

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah ke Rp 14.351 pada pukul 09.45 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 14.326 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Pelemahan juga dialami yen Jepang 0,2% bersama dolar Hong Kong 0,02%, dolar Taiwan dan rupee India yang melemah 0,05%. Sementara won Korea Selatan menguat 0,12%, dolar Singapura dan ringgit Malaysia 0,04%, peso Filipina 0,07%, yuan CIna 0,06% dan bath Thailand 0,01%. 

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah ke arah Rp 14.360 per dolar AS hari ini, dengan potensi support di Rp 14.300 per dolar AS. Pelemahan rupiah masih dibayangi konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlanjut.

"Ketegangan di perbatasan Rusia dan Ukraina bisa menekan rupiah hari ini mengikuti penurunan aset berisiko lainnya seperti indeks saham Asia yang bergerak negatif pagi ini," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (18/2).

Mengutip Reuters, baku tembak terjadi di wilayah Luhansk, Ukraina antara pasukan pemerintah dengan kelompok pro-Rusia semalam. Belum ada kepastian pihak mana yang lebih dulu menyulut konflik, tetapi kedua belah pihak telah menembak melintasi garis gencatan senjata di Ukraina Timur. 

Pemerintah mengklaim kelompok pro-Rusia telah beberapa kali menembak termasuk ke arah taman kana-kanak. Sementara kelompok pro-Rusia menuduh pasukan pemerintah melepaskan tembakan ke wilayah mereka empat kali dalam sehari penuh kemarin. Insiden ini terjadi setelah Moscow yang beberapa hari lalu mengumumkan sudah menarik pasukannya dari perbatasan meski sekutu barat meski Ukraina meragukan pernyataan tersebut.

Indeks saham utama Amerika kompak ditutup memerah perdagangan semalam. Dow Jones Industrial Average jatuh 1,78% bersama S&P 500 dengan pelemahan 2,12% dan Nasdaq Composite yang anjlok 2,88%. Indeks saham Eropa juga sama, FTSE 100 Inggris terkoreksi 0,87% bersama DAX Jerman 0,67%, CAC 40 Perancis 0,26% dan Ibex 35 Spanyol 0,76%.

Indeks saham utama Asia melemah pagi ini. Nikkei 225 Jepang memerah 0,66% disusul Shanghai SE Composite Cina 0,31% dan Hang Seng Hong Kong 0,57%. Indeks Kospi Korea Selatan juga melemah 0,08% bersama Nifty 50 India 0,1%.

Selain karena memanasnya konflik Rusia-Ukraina, Ariston menilai pelemahan rupiah hari ini juga dipengaruhi penyebaran kasus Covid-19 di dalam negeri. Kasus Covid domestik sudah melampaui puncak dari gelombang varian Delta Juli lalu.

"Ini menambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap pemulihan ekonomi dalam negeri dan bisa menjadi penekan rupiah," kata Ariston.

Pemerintah melaporkan kasus positif Covid-19 bertambah 63.956 pada hari Kamis (17/2). Sekalipun turun dari laporan sehari sebelumnya, namun laporan kemarin masih lebih tinggi dibandingkan puncak gelombang Delta Juli lalu. Dengan penambahan kemarin, maka kasus konfirmasi Covid-19 Indonesia sudah melampaui 5 juta kasus sejak awal pandemi.

Senada dengan Ariston, analis pasar uang Bank Mandiri Rully A Wisnubroto juga memperkirakan rupiah bisa melemah ke Rp 14.365 per  dolar AS, dengan potensi penguatan di Rp 14.278. Di samping terpengaruh konflik di dua negara bekas Uni Soviet, rupiah juga dibayangi risiko kenaikan bunga acuan bank sentral Amerika (The Fed).

"Spekulasi akan kenaikan Fed Fund Rate (FFR) yang lebih agresif di bulan Maret juga berdampak kepada rupiah," kata Rully kepada Katadata.co.id

Pasar sebelumnya memperkirakan The Fed bisa menaikkan bunga acuannya hingga lima kali pada tahun ini. Dalam asesmen Bank Indonesia, kenaikan bisa empat kali dimulai pada Maret. Namun, dalam perkembangannya, sejumlah perkiraan menunjukkan The Fed tampaknya bisa lebih agresif lagi. Bank Investasi terbesar Amerika Morgan Stanley dalam perkiraan terbaru menyebut The Fed bahkan bisa menaikkan bunga sampai enam kali sebesar 150 bps.

Reporter: Abdul Azis Said