Bank Indonesia (BI) mencatat terdapat aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik sebesar Rp 1,95 triliun selama sepekan terakhir. Dana asing yang masuk terutama ke pasar saham, sementara aliran modal keluar atau outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih berlanjut.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono merinci, terdapat non-residen jual neto di pasar SBN sebesar Rp 830 miliar. Meski begitu, terdapat non-residen beli neto di pasar saham Rp 2,78 triliun.
"Berdasarkan data setelmen sampai dengan 7 April 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp 34,11 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp 34,46 triliun di pasar saham," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/4).
Premi risiko investasi atau credit default swap (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 87,20 bps per 7 April 2022 dari 83,84 bps per 1 April 2022. Kenaikan CDS seiring risk off di pasar keuangan global.
Imbal hasil (yield) SBN benchmark 10 tahun naik ke level 6,79%. Kenaikan ini menyusul yield US Treasury yang juga menyentuh 2,66% pada perdagangan sehari sebelumnya.
Aksi jual neto di pasar SBN tampaknya tak banyak mempengaruhi pergerakan rupiah. Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 14.362 per dolar AS di pasar spot sore ini. Kurs garuda menguat tipis delapan poin dari posisi akhir pekan lalu meski dibayangi sentimen pengetatan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
"Dolar terus menguat akibat sinyal bank sentral Amerika yang kemungkinan menaikan bunga," kata Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keteranganya.
Sentimen The Fed kembali menguat pekan ini terutama setelah rilis notulen rapat The Fed Maret pada Rabu (6/4). Dalam dokumen tersebut, sebagian besar pejabat pembuat kebijakan The Fed mendukung kenaikan bunga lebih agresif hingga 50 bps pada pertemuan bulan depan.
Sebenarnya The Fed mempertimbangkan kenaikan bunga 50 bps di pertemuan Maret, tetapi tertahan oleh kekhawatiran terhadap dampak perang Rusia dan Ukraina.
Di samping menaikkan bunga lebih agresif, isi notulen rapat tersebut juga mengindikasikan akan dimulainya pengurangan neraca The Fed yang telah membesar akibat banyak membeli obligasi pemerintah selama pandemi. The Fed kemungkinan akan mengumumkan rencana pengurangan asetnya di pertemuan Mei.
"Di sisi lain, kenaikan yield US Treasury 10 tahun ke level tertingginya dalam dua tahun juga membuat dolar menguat," kata Ibrahim.
Yield US Treasury benchmark 10 tahun telah naik ke level tertingginya dalam tiga tahun terakhir menjadi 2,66% pada perdagangan Kamis (7/4). Yield US Treasury sudha naik ke atas 2,6% dalam dua hari terakhir usai rilis notulen rapat The Fed.
Dari dalam negeri, Ibrahim melihat kekhawatiran pasar terhadap kenaikan inflasi telah membebani rupiah. Kenaikan harga-harga pada bahan bakar dan kebutuhan pokok. Ekspektasi kenaikan inflasi juga dipengaruhi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 11%.
"Inflasi cukup tinggi sehingga ini juga akan berpengaruh terhadap konsumsi masyarakat yang kemungkinan besar terganggu," kata Ibrahim.
Meski demikian, kekhawatiran ini dikompensasi oleh keputusan pemerintah melonggarkan aturan mobilitas. Syarat perjalan dilonggarkan serta sudah diperbolehkannya mudik lebaran. Kebijakan ini bisa mendukung konsumsi tetap tinggi di samping terdongkrak periode musiman bulan puasa dan hari raya Idulfitri.