Inflasi Harga Produsen Capai 9%, Siap-siap Harga Barang Konsumen Naik

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/aww.
Ilustrasi. Inflasi harga konsumen diperkirakan mencapai di atas 4% pada akhir tahun ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
10/5/2022, 17.21 WIB

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, indeks harga produsen (IHP) yang menggambarkan perubahan harga di tingkat produsen  mencapai 9,06% secara tahunan pada kuartal I 2022. Ekonom menyebut, kenaikan tersebut baru akan ditransmisikan ke konsumen beberapa bulan mendatang sehingga inflasi di tingkat konsumen akan mencapai di atas 4% pada akhir tahun ini.

Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, kenaikan IHP sebetulnya sudah terjadi sejak tahun lalu tetapi belum diteruskan kepada konsumen. Hal ini karena perusahaan sebetulnya masih mempertimbangkan kondisi permintaan yang masih lemah sehingga kenaikan harga masih diserap produsen.

"Tahun ini permintaan konsumen mulai pulih, seharusnya produsen mulai meneruskannya ke konsumen," ujarnya kepada Katadata.co.id, Selasa (10/5).

Tanda-tanda bahwa produsen mulai meneruskan kenaikan harga tersebut ke konsumen menurutnya sudah terlihat dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang kini sudah menyentuh 3,47% yoy pada April. 

Menurutnya, level IHP saat ini sudah sangat tinggi tetapi memang tidak semua kenaikan harga tersebut akan langsung diteruskan ke konsumen pada tahun ini. Ia memperkirakan hanya 40%-60% dari kenaikan tersebut yang akan ditransmisikan ke konsumen jika memang pemulihan permintaan domestik berlanjut.

"Karena produsen juga berhati-hati untuk pemulihan domestik, ditakutkan penjualan mereka drop kalo terlalu mendadak, selain itu kondisi buffer likuiditas korporasi juga cukup kuat," ujarnya.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat kenaikan pada biaya input kemungkinan akan mulai semakin terlihat usai Lebaran. Hal ini karena permintaan di sejumlah sektor usaha semakin menguat sehingga memberi ruang bagi produsen meneruskan kenaikan tersebut ke konsumen.

Beberapa sektor seperti perdagangan, penjualan eceran dan pertanian menurutnya sudah banyak yang mulai mentransmisikan kenaikan harga tersebut. Sektor industri kemasan bahkan sudah menaikan harga ke konsumen lebih tinggi dari biaya input seiring permintaan yang memang cukup kuat ditopang aktivitas belanja online yang meningkat.

Sementara sektor yang permintaannya masih lemah seperti penjualan bahan bangunan serta industri makan minum tampaknya belum banyak yang meneruskan kenaikan biaya input ke konsumen. 

Ia menyebut inflasi di tingkat produsen yang sudah sangat tinggi ini kemungkinan akan diteruskan ke konsumen sehingga mendorong kenaikan lebih lanjut pada inflasi IHK. Namun, belajar dari kondisi di negara-negara lain, akan ada jeda waktu sebelum dampaknya terasa di IHK.

"Itulah mengapa inflasi kita tahun 2021 kemungkinan di atas 4% atau di atas target pemerintah karena dari angka IHP dan wholesale price index (WPI) sudah tinggi sekali," ujarnya kepada Katadata.co.id.

BPS mencatat IHP gabungan tiga sektor yakni pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri pengolahan pada kuartal I 2022 mengalami inflasi 9,06% yoy, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu 3,05% serta kuartal IV 2021 sebesar 8,77%.

Kenaikan indeks tersebut disebabkan oleh naiknya inflasi harga produsen di ketiga sektor tersebut. Dari tiga sektor, kenaikan IHP tertinggi terjadi di sektor pertambangan dan penggalian yaitu 45,49%, diikuti oleh sektor pertanian sebesar 7,02% dan sektor industri pengolahan sebesar 4,29%.

Di sektor pertanian, inflasi tinggi terutama terjadi pada subsektor perkebunan yang mencapai 24,02% sementara subsektor lainya masih mencatat inflasi di bawah 5%. Di sektor pertambanagn dan penggalian terutama dipengaruhi lonjakan di subsektor pertambangan dengan inflasi 55,96% sementara penggalian hanya 2,14%.

Di sektor industri pengolahan, inflasi tinggi terjadi di industri pengolahan dan pengawetan daging, ikan, buah-buahan, sayuran, minyak dan lemak sebesar 12,12% , industri pupuk 9,22% dan industri kertas, barang dari kertas dan cetakan 7,01%.

Reporter: Abdul Azis Said