Morgan Stanley memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini anjlok menjadi kurang dari setengah tahun 2021. Ekonomi global terdampak konflik Rusia-Ukraina, lonjakan Covid-19 di Cina, hingga pengetatan moneter oleh bank sentral global.
Perusahaan keuangan ini memperkirakan, ekonomi global hanya akan tumbuh pada 2,9% tahun ini, sekitar 40 basis poin di bawah konsensus. Angka ini jauh di bawah pertumbuhan tahun lalu yang mencapai 6,2%.
"Perlambatan bersifat global, didorong oleh kombinasi dari melemahnya dorongan fiskal, pengetatan kebijakan moneter, hambatan berkelanjutan dari Covid, friksi rantai pasokan yang terus-menerus, dan, yang terbaru, dampak dari invasi Rusia ke Ukraina," demikian tertulis dalam riset yang ditulis tim ekonom Morgan Stanley, Selasa (10/5), seperti dikutip dari Reuters.
Harga komoditas energi yang meroket setelah Rusia dijatuhi deretan sansi oleh Barat akibat invasinya ke Ukraina memperburuk tekanan inflasi global. Kondisi ini memaksa bank sentral di seluruh dunia, terutama negara maju mengkaji ulang kebijakan moneter mereka.
Pembatasan yang lebih ketat di Cina akibat lonjakan Covid-19 telah menghentikan produksi pabrik dan menghambat permintaan domestik. Hal ini berdampak pada ekonomi negara tersebut, terutama ekspor yang tumbuh melambat ke level terlemah dalam hampir dua tahun terakhir.
Riset Morgan Stanley menyebut, langkah bank sentral global yang berupaya menjinakkan inflasi menekan pertumbuhan ekonomi. Apalagi, krisis Ukraina yang menjadi penyebab lonjakan harga komoditas energi tampaknya tidak mungkin berakhir dalam waktu dekat.
Pekan lalu, bank sentral AS dan Inggris bergabung dengan ekonomi utama lainnya untuk menaikkan suku bunga dalam upaya mengatasi lonjakan inflasi. Bank sental sebelumnya menyebut lonjakan inflasi bersifat sementara sebagai dampak pembukaan kembali ekonomi global usai pandemi. Pernyataan ini muncul sebelum invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong lonjakan harga energi.
Morgan Stanley mengatakan perlambatan pertumbuhan global akan terjadi secara luas bukan hanya di dua ekonomi utama, yakni Amerika Serikat dan Cina. Namun, mereka tidak melihat perlambatan substansial akan terjadi di Jepang dan India.
Bank Dunia juga sebelumnya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 4,1% menjadi 3,2% pada tahun ini akibat perang Rusia dan Ukraina. Namun, ekonomi Indonesia diprediksi masih tumbuh di atas 5%.