IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global karena Perang
Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,6%. Prediksi melambat dibandingkan realisasi tahun lalu 6,1%.
Sedangkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global tahun depan tidak berubah di level 3,6%.
Perang yang sedang berlangsung di Ukraina dan sanksi terhadap Rusia diperkirakan mengurangi pertumbuhan global tahun ini. "Shock ini datang tepat ketika ancaman dari varian Omicron tampaknya memudar, dengan banyak bagian dunia bergerak melewati fase akut pandemi," kata IMF dalam laporannya, Selasa (19/4).
Pertumbuhan ekonomi Amerika dipangkas 0,3% menjadi 3,7%. Begitu pun Cina, 0,4% menjadi 4,4%.
Lalu, pertumbuhan ekonomi India dipangkas 0,8% menjadi 8,2%. Kemudian Jepang 0,9% menjadi 2,4%.
Zona Eropa menjadi salah satu kawasan yang akan paling terpukul oleh perang Rusia dan Ukraina. IMF memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi di kawasan ini hampir separuh dari proyeksi sebelumnya menjadi 2,8%.
Efek perang dan sanksi akan dirasakan secara langsung oleh Ukraina, Rusia dan Belarusia. Ekonomi Ukraina tahun ini diperkirakan jatuh menjadi minus 35%, Rusia terkontraksi 8,5%, dan Belarusia negatif 6,4%.
"Dampaknya ke internasional melalui harga komoditas global, hubungan perdagangan dan keuangan, pasokan tenaga kerja, dan dampak kemanusiaan yang efeknya akan meluas terutama di Eropa," kata IMF.
Dampak perang terhadap ekonomi Asia secara keseluruhan relatif terbatas dibandingkan yang dialami Uni Eropa. Hal ini karena hubungan perdagangan langsung yang memang terbatas baik dengan Rusia maupun Ukraina.
Efek limpahan lewat jalur kenaikan harga komoditas dan dampak tidak langsung melalui melemahnya permintaan mitra dagang utama juga tidak begitu signifikan bagi Asia.
"Kondisi eksternal pada umumnya diperkirakan memburuk khususnya untuk net oil importer," kata IMF.
Penurunan signifikan pada proyeksi pertumbuhan di Jepang dan India mencerminkan kondisi permintaan domestik yang diperkirakan lebih lemah. Hal ini karena harga minyak yang lebih tinggi akan membebani konsumsi swasta dan investasi, serta menyebabkan net ekspor yang lebih rendah.
IMF juga sebelumnya memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,6% menjadi 5,4% tahun ini. Hal ini karena perlambatan pertumbuhan ekonomi global akibat perang Rusia dan Ukraina.
Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Tanah Air tahun depan diperkirakan tidak berubah di level 6%.
IMF sebelumnya memangkas proyeksi pertumbuhan Indonesia tahun ini 0,3% dalam laporan Januari dibandingikan Oktober 2021. Kemudian, IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air 0,2%.
Penurunan itu masih lebih baik dibandingkan Thailand 0,8% menjadi 3,3%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Malaysia dipangkas 0,1% menjadi 5,6%.
Sedangkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Filipina justru direvisi ke atas yakni 0,2% menjadi 6,5%.