Bank Dunia Peringatkan Banyak Negara Akan Sulit Hindari Resesi Ekonomi
Bank Dunia menyebut berbagai tekanan global akan membuat banyak negara di dunia sulit menghindari resesi ekonomi. Lembaga ini juga memperingatkan risiko terjadinya stagflasi, atau kombinasi pertumbuhan ekonomi yang turun tajam ditambah inflasi yang memanas.
"Perang di Ukraina, penguncian di Cina, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/6).
Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan merosot dari 5,7% pada 2021 menjadi 2,9% pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi global dalam laporan kemarin juga lebih rendah dari prediksi awal tahun yang sebesar 4,1%.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan bergerak pada kisaran tersebut hingga tahun depan. Hal ini karena dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang mengganggu aktivitas, investasi dan perdagangan dalam jangka pendek. Selain itu, pent up demand mulai memudar dan akomodasi kebijakan fiskal dan moneter yang mulai ditarik.
Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam dari 5,1 persen pada 2021 menjadi 2,6% pada 2022. Perkiraan tersebut 1,2 poin persentase di bawah proyeksi pada Januari. Pertumbuhan diperkirakan akan lebih moderat menjadi 2,2% pada tahun 2022. Sebagian besar proyeksi ini mencerminkan pelonggaran lebih lanjut dari dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang diberikan selama pandemi.
Pertumbuhan juga diproyeksikan turun dari 6,6% pada 2021 menjadi 3,4% pada 2022 untuk negara berkembang. Pertumbuhan itu juga jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8% selama 2011-2019. Perkiraan pertumbuhan 2022 telah direvisi turun di hampir 70% negara berkembang dan emerging market, termasuk sebagian besar negara pengimpor komoditas serta empat per lima negara berpenghasilan rendah.
Sementara itu, inflasi global diperkirakan akan moderat tahun depan tetapi kemungkinan akan tetap di atas target inflasi di banyak negara. Inflasi global diperkirakan akan mencapai puncaknya pada sekitar pertengahan 2022 dan menurun menjadi sekitar 3% pada pertengahan 2023.
Rata-rata inflasi global naik menjadi 7,8% pada bulan April 2022, level tertinggi sejak 2008. Agregat inflasi di negara berkembang dan emerging market mencapai lebih dari 9,4% atau level tertinggi sejak 2008. Inflasi di ekonomi maju sebesar 6,9% merupakan yang tertinggi sejak tahun 1982.
Bank Dunia menyebut jika inflasi tetap tinggi, maka risiko stagflasi seperti tahun 1970 bisa terjadi. Ini bisa menyebabkan penurunan ekonomi global yang tajam bersama dengan krisis keuangan di beberapa negara berkembang dan emerging market.