Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir April 2022 sebesar US$ 409,5 miliar atau setara Rp 5.929 triliun (kurs Jisdor akhir April 14.480/US$). ULN Indonesia turun US$ 2,6 miliar atau Rp 37,6 triliun dibandingkan bulan sebelumnya karena adanya pembayaran atas obligasi jatuh tempo pemerintah.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, utang luar negeri yang dipegang oleh pemerintah tercatat sebesar US$ 190,5 miliar atau Rp 2.758 triliun. Nilai utang pemerintah ini turun Rp 82,5 triliun dalam sebulan.
Penurunan tersebut akibat beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo di bulan April 2022. Selain itu juga terjadi pergeseran penempatan dana oleh investor non residen sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global.
"Komponen pinjaman juga mengalami penurunan secara neto, seiring pelunasan pinjaman yang lebih tinggi dibanding penarikan pinjaman dalam mendukung pembiayaan program dan proyek prioritas," kata Erwin dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/6).
Erwin mengatakan, ULN pemerintah tersebut masih difokuskan untuk belanja prioritas di antaranya kepada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mencakup 24,6% dari total ULN pemerintah. Alokasi lainnya, yakni sektor jasa pendidikan 16,5%, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 15,1%, sektor konstruksi 14,2%, dan sektor jasa keuangan dan asuransi 11,7%.
Adapun utang luar negeri yang dipegang BI pada akhir April sebesar US$ 8,7 miliar atau Rp 125,9 triliun. Utang BI turun US$ 200 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
Sebaliknya, utang luar negeri swasta meningkat US$ 3,3 miliar menjadi US$ 210,2 miliar atau Rp 3.043 triliun. Utang lembaga bukan keuangan naik US$ 2,7 miliar dari bulan Maret, sementara utang dari lembaga keuangan bertambah US$ 590 juta.
"(Kenaikan ULN swasta bukan lembaga keuangan) ini terutama seiring dengan penerbitan global bond korporasi di sektor pertambangan dan penggalian," ujarnya.
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pertambangan dan penggalian, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas, dan udara dingin, serta sektor industri pengolahan. Keempat sektor tersebut menyumbang 77,1% dari total ULN swasta.
BI memastikan ULN Indonesia saat ini masih tetap sehat. Posisi bulan April tetap terkendali yang tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap produk Domestik Bruto (PDB) yang turun dari bulan sebelumnya 33,8% menjadi 32,5%. Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh ULN Indonesia yang tetap didominasi oleh ULN berjangka panjang, dengan pangsa mencapai 87,5%. Pangsa utang jangka panjang milik swasta sebesar 75,7% dan pemerintah 99,96%.