Rupiah Terus Melemah Tembus 14.800/US$, Apa Langkah Bank Indonesia?
Nilai tukar rupiah terus melemah dalam beberapa hari terakhir dan kini melampaui Rp 14.800 per dolar AS teirmbas efek pengetatan moneter di Amerika Serikat. Bank Indonesia berharap pelemahan hanya berlangsung sementara seiring prospek ekonomi domestik yang masih baik.
Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp 14.825 per dolar AS di pasar spot sore ini. Rupiah melemah 0,4% dari posisi penutupan kemarin dan secara tahun kalender (ytd) sudah turun 3,9%. Pelemahan ini seiring indeks dolar AS yang menguat 0,7% ke 104,4.
"Yang terjadi di pasar keuangan benar-benar banyak terdampak dari sentimen global, dan mudah-mudahan ini bersifat temporer," kata Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto kepada Katadata.co.id, Jumat (17/6).
Edi mengatakan, pelemahan terjadi secara umum terhadap mata uang Asia termasuk Indonesia. Koreksi tersebut merupakan imbas kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Fed sebesar 75 bps pada pertemuan Rabu malam (15/6).
Bunga acuan yang bergerak naik mendorong pasar kini mulai khawatir soal kondisi perekonomian AS yang bisa saja masuk ke jurang resesi. Sejumlah analisis juga sudah menyebut resesi ekonomi bisa terjadi pada tahun depan.
"Sehingga pelaku pasar condong untuk mencari safe heaven currency, yaitu dolar AS," kata Edi.
Namun, ia juga berharap pelemahan tersebut tidak berkepanjangan, kondisi domestik masih dalam kondisi baik. Pasar juga masih melihat ekonomi Indonesia cenderung positif yang didukung oleh sejumlah data ekonomi. Ini termasuk data pertumbuhan ekonomi kuartal I yang capai 5% , di atas ekspektasi pasar.
"Kondisi external balance, meliputi neraca dagang dan neraca transaksi berjalan, angkanya bagus," kata dia.
Data terbaru, neraca dagang kembali mencetak surplus pada bulan lalu. Dengan demikian, surplus sudah terjadi 25 bulan beruntun. BI dalam asesmen bulan lalu memperkirakan defisit transaksi berjalan pada akhir tahun akan tetap rendah dalam kisaran 0,5% - 1,3% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Edi mengatakan, BI terus akan mengawal pergerakan rupiah dan menjaga mekanisme pasar berjalan dengan baik. BI juga akan melakukan langkah-langkah antisipatif melalui kebijakan triple intervention di pasar spot, pasar DNDF (Domestic Non-Deliverable Forward), dan pasar sekunder Surat Berharga Negara (SBN).
The Fed dalam pengumuman pekan ini kembali menaikkan bunga acuannya sebesar 75 bps. Ini merupakan kenaikan paling agresif yang pernah dilakukan The Fed sejak 1994.
The Fed sebelumnya sudah menaikkan bunga 25 bps pada pertemuan Maret dan 50 bps pada pertemuan bulan lalu. Dengan demikian, Fed Fund Rate (FFR) saat ini berada di level 1,5%-1,75% setelah kenaikan bulan Juni ini. The Fed juga membuka peluang kenaikan dengan kecepatan yang sama 50-75 bps pada pertemuan pekan depan.