Kemenkeu Tak Khawatirkan Dampak Melambatnya Ekonomi Cina ke RI

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/pras/cf
Aly Song Seorang pria berjalan di depan distrik keuangan Lujiazui, terlihat di sebrang sungai Huangpu saat senja, di tengah penguncian area Pudong untuk membatasi penyebaran penyakit virus korona (COVID-19) di Shanghai, China, Senin (28/3/2022).
17/7/2022, 08.36 WIB

Pertumbuhan ekonomi Cina melambat, hanya tumbuh 0,4% pada kuartal kedua tahun ini. Meski demikian, Kementerian Keuangan masih optimistis ekonomi Indonesia masih aman dari dampak perlambatan ekonomi Negeri Panda.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu mengatakan perlambatan ekonomi Cina tentu akan berdampak pada ekspor RI. Pasalnya Cina merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Meski demikian ia tidak begitu khawatir dampaknya signifikan ke ekonomi domestik. Alasannya, karena ekspor RI kini tak lagi banyak bergantung pada pengiriman bahan mentah, melainkan beralih pada produk hilirisasi industri.

"Akan terus kita waspadai, karena Cina cukup dengan hubungan dagangnya, ekspor itu salah satu tujuan terbesarnya ke Cina," kata dia kepada wartawan saat ditemui di Nusa Dua, Bali, Sabtu (16/7).

Perubahan pada komposisi barang yang diekspor turut mengubah struktur perekonomian Indonesia. Dengan begitu, ia berharap ekonomi Indonesia masih akan aman sekalipun ada kejutan yang berasal dari eksternal.

"Dalam beberapa survei juga menunjukkan kita cukup aman dibandingkan negara lain. Tetapi ini tidak juga membuat kita jadi gegabah, kita harus hati-hati dalam mengawasi risiko ke depan," kata Febrio.

Ekonomi Cina menunjukkan tanda-tanda yang semakin suram. Pertumbuhan ekonomi Negara Tembok Raksasa ini hanya mencapai 0,4% secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini, lambat dari pertumbuhan 4,8% pada kuartal sebelumnya. 

Angka pertumbuhan ekonomi Cina lebih rendah dibandingkan ekspektasi para analis yang disurvei Reuters. Mereka semula memperkirakan ekonomi terbesar kedua dunia ini mampu tumbuh 1%. Perlambatan ini tertekan pembatasan aktivitas yang diterapkan pemerintah untuk mengendalikan kasus Covid-19.

Biro statistik memperingatkan tentang dampak dari pembatasan Covid-19 yang berlangsung lama terhadap menyusutnya permintaan di dalam negeri. Biro juga mencatat peningkatan risiko stagflasi dalam ekonomi dunia dan pengetatan kebijakan moneter di luar negeri.

Juru Bicara Biro Statistik  Fu Linghui mengatakan, indikator ekonomi pada kuartal kedua menunjukkan berakhirnya tren penurunan ekonomi. Dia menggambarkan dampak Covid-19 berumur pendek dan menekankan bagaimana inflasi Cina jauh di bawah AS dan Eropa. Namun, Fu menekankan, ada tantangan untuk mencapai target ekonomi setahun penuh.

Cina menghadapi wabah Covid-19 pada kuartal II 2022, terburuk sejak puncak pandemi pada awal 2020. Lockdown yang ketat melanda kota metropolitan Shanghai selama sekitar dua bulan, sementara pembatasan perjalanan berkontribusi pada gangguan rantai pasokan.

Reporter: Abdul Azis Said