Kebal Resesi, Pemerintah Pede Ekonomi Semester II Tumbuh di Atas 5%

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww.
Ilustrasi. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,44% pada kuartal II 2022.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
5/8/2022, 15.48 WIB

Pemerintah masih optimistis pertumbuhan ekonomi di sisa dua kuartal tahun ini masih akan tumbuh di atas 5%, jauh dari risiko resesi ekonomi. Salah satu pendorongnya akan berasal dari konsumsi pemerintah yang diperkirakan terakselerasi menuju akhir tahun.

"Untuk kuartal ketiga dan keempat, kami optimistis pertumbuhan di atas 5% sehingga pertumbuhan tahun ini mencapai 5,2%," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam diskusi dengan wartawan di Jakarta, Jumat (5/8).

Ia menjelaskan, sejumlah indikator dini, seperti Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur  menguatpada bulan pertama kuartal ketiga dan masih bertahan di zona ekspansi, Demikian juga ketahanan eksternal dari sisi neraca dagang dan cadangan devisa yang berkinerja baik. 

Harga komoditas juga diperkirakan belum akan banyak berubah sehingga Indonesia disebut masih bisa menikmati booming harga komoditas. Tren harga komoditas ini menjadi pendorong moncernya kinerja ekspor pada paruh pertama tahun ini dan menopang pertumbuhan ekonomi.

Di sisi lain, pertumbuhan di dua kuartal akhir tahun ini juga akan ditopang oleh belanja pemerintah. Pada kuartal kedua lalu, belanja pemerintah masih terkontraksi 5,24% yang mengindikasikan belanja yang konsumsi pemerintah yang belum terakselerasi.

"Pemerintah juga masih punya cadangan, yaitu cadangannya adalah government spending yang pada kuartal II masih belum bisa kita dorong kita alihkan di kuartal III maupun IV," kata Airlangga.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal kedua sebesar 5,44% secara YOY, di atas realisasi kuartal I sebesar 5,01%. Konsumsi rumah tangga yang menyumbang lebih dari separuh pada perekonomian domestik berhasil tumbuh 5,51%.

Komponen pengeluaran lainnya tumbuh positif yakni Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias investasi sebesar 3,07%. Pertumbuhan ekspor masih mencapai dua digit di level 19,74% dan impor 12,34%. Konsumsi LNPRT tercatat 5,04%, sementara konsumsi pemerintah terkontraksi 5.24%.

Senada dengan Airlangga, Ekonom Bank Danamon Irman Faiz melihat peluang pertumbuhan ekonomi kuartal III lebih tinggi dibandingkan realisasi kuartal II.  Alasannya, karena basis pertumbuhan pada kuartal ketiga tahun lalu cukup rendah karena adanya lonjakan varian delta.

"Indikator utama di bulan Juli juga menunjukkan aktivitas yang lebih kuat. Sebagai contoh, PMI manufaktur dilaporkan berada di 51,3 pada bulan Juli, berkembang pada laju tercepat dalam tiga bulan terakhir," kata Irman dalam risetnya.

Meski demikian, masih terdapat beberapa risiko yang membayangi perekonomian di sisa tahun ini. Beberapa faktor tersebut antara lain ketidakpastian prospek ekonomi global yang lebih tinggi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, hingga akselerasi inflasi domestik yang lebih cepat. 

Reporter: Abdul Azis Said