Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat komponen konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan 5,51% secara tahunan pada kuartal kedua tahun ini, lebih tinggi dari kuartal sebelumnya 4,34%. Pertumbuhan konsumsi didorong oleh momentum Ramadan dan Lebaran hingga pemberian subsidi energi dan bantuan sosial pemerintah.
"Pelonggaran mobilitas penduduk, dan momentum lebaran mendorong ekspansi konsumsi masyarakat yang sekaligus menjadi stimulus terhadap peningkatan suplai," kata Kepala BPS Margi Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Jumat (5/8).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan ini merupakan yang tertinggi dalam empat kuartal terakhir. Komponen ini memberi sumbangan lebih dari separuh perekonomian Indonesia sehingga mendorong pertumbuhan PDB secara keseluruhan mencapai 5,44%, lebih tinggi dibandingkan kuartal I sebesar 5,01%.
Selain karena faktor momentum musiman Ramadan dan lebaran, konsumsi yang kuat ini juga didorong oleh kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif. Margo mengapresiasi kebijakan pemerintah memberikan subsidi energi dan bantuan sosial.
"Kebijakan pemberian subsidi khususnya energi dan bantuan sosial ini bisa meningkatkan daya beli karena inflasi yang masih moderat," kata Margo.
Dari sisi moneter, menurut Margo, kebijakan BI menahan suku bunga di level terendah 3,5% juga memberi andil terhadap terjaganya pertumbuhan konsumsi. Keputusan BI tidak mengekor The Fed mengerek bunga juga dinilai memberi situasi kondusif bagi dunia usaha.
Gubernur BI Perry Warjiyo sebelumnya juga sempat mengatakan tanda-tanda peningkatan konsumsi sudah terlihat selama Ramadan dan lebaran. Meski demikian, pemulihan masih berada pada tahap awal dan perekonomian benar-benar pulih, sehingga masih dibutuhkan kebijakan yang akomodatif. Ini memberi sinyal BI tak akan buru-buru mengerek suku bunga acuannya di tengah masih perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Indikasi lain yang menunjukkan peningkatan konsumsi terlihat dari kunjungan wisawatan yang mulai meningkat. "Masyarakat kelas atas ini tampaknya sudah mulai membelanjakan uanganya sehingga konsumsi rumah tangga itu memberikan faktor dominan di dalam pertumbuhan ekonomi," kata Margo.
Pertumbuhan Komponen Lain
Pertumbuhan kuat pada konsumsi rumah tangga diikuti dari sisi perdagangan internasional. Ekspor mencatat pertumbuhan 19,74% pada kuartal kedua lalu. Kenaikan harga komoditas unggulan ekspor Indonesia di pasar global mendorong lonjakan nilai ekspor barang. Meski demikian, kinerjanya sempat tertahan saat periode diberlakukannya restriksi ekspor CPO dan turunannya.
Di sisi lain, komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) alias investasi lambat menjadi 3,07%. Penyebabnya karena perlambatan pada subkomponen bangunan. Meski demikian, kinerjanya yang masih positive ini didorong oleh berlanjutnya pertumbuhan impor untuk barang modal serta peningkatan realisasi investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA/PMDN).
Konsumsi pemerintah masih mencatatkan kontraksi 5,24%. "Ini karena penurunan realisasi belanja pegawai dan belanja barang serta jasa APBN di kuartal II 2022," kata Margo.