Utang Luar Negeri RI Turun Rp 142 T dari Cina dll, Pinjaman ke AS Naik

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (5/11/2021).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Yuliawati
15/8/2022, 11.38 WIB

Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal kedua sebesar US$ 403 miliar, turun US$ 9,6 miliar atau Rp 142,8 triliun dibandingkan kuartal sebelumnya (kurs 30 Juni 14.882/US$). Penurunan terutama berasal dari Cina, Singapura dan Jepang serta utang organisasi internasional. Adapun utang dari Amerika Serikat naik.

Utang dari Cina, Singapura dan Jepang masing-masing kompak berkurang US$ 1,4 miliar dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan juga yang berasal dari kreditur organisasi internasional US$ 1,5 miliar dan pinjaman dari kreditur lainnya US$ 5,1 miliar. Adapun, utang dari Amerika Serikat naik US$ 2,9 miliar dibandingkan kuartal sebelumnya.

"Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral, serta penurunan pada ULN sektor swasta," kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya, Senin (15/8).

ULN Indonesia terdiri atas utang yang dipegang pemerintah, Bank Indonesia, dan swasta. Ketiganya kompak turun pada akhir kuartal kedua dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ULN Pemerintah sampai akhir Juni berlanjut menjadi sebesar US$ 187,3 miliar dari periode akhir kuartal pertama sebesar US$ 196,2 miliar.

Secara tahunan, utang pemerintah terkontraksi sebesar 8,6%. Ini lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 3,4%.

"Penurunan posisi ULN Pemerintah antara lain karena adanya pelunasan pinjaman bilateral, komersial, dan multilateral yang jatuh tempo selama periode April hingga Juni 2022 serta pelunasan Surat Berharga Negara (SBN) domestik yang jatuh tempo," kata Erwin.

Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi juga berpengaruh pada perpindahan investasi obligasi pemerintah ke instrumen lain. Kondisi ini yang menjadi alasan berkurangnya porsi kepemilikan investor asing di dalam Surat Berharga Negara (SBN).

Utang yang dipegang bank sentral juga berkurang. Posisi akhir Juni sebesar US$ 8,6 miliar, turun dari akhir Maret sebesar US$ 8,9 miliar.

Utang swasta juga turun dari periode akhir kuartal pertama. Posisi ULN swasta pada akhir Juni 2022 tercatat sebesar US$ 207,1 miliar, sedikit turun dari 207,4 miliar dolar AS pada akhir kuartal pertama. Secara tahunan, utang swasta masih terkontraksi 1,1%, namun lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya sebesar 1,5%.

Utang swasta yang berasal dari lembaga keuangan terkontraksi 0,2% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencatat kontraksi sebesar 5%. Sementara itu, utang dari perusahaan bukan lembaga keuangan kontraksi sebesar 1,3%, lebih dalam dari kontraksi periode sebelumnya sebesar 0,5%.

Erwin menyebut struktur utang luar negeri Indonesia tetap terkendali. Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tetap terjaga di kisaran 31,8%, menurun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 33,8%.

Selain itu, struktur ULN Indonesia tetap sehat, ditunjukkan oleh jumlah utang berjangka panjang yang pangsanya mencapai 86,7% dari total. Utang luar negeri pemerintah yang tenornya jangka panjang sebanyak 99,7% dan utang swasta jangka panjang 74,5%.

Reporter: Abdul Azis Said