Tabungan Masyarakat Akan Semakin Menipis Dampak Kenaikan Harga BBM

Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi. Ekonom memperkirakan, tabungan masyarakat akan menyusut terutama pada kelompok menengah bawah.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
8/9/2022, 17.37 WIB

Kenaikan harga BBM akan mengerek harga barang-barang lainnya menjadi lebih mahal sehingga alokasi pengeluaran masyarakat untuk konsumsi meningkat. Ekonom melihat kondisi tersebut akan mendorong masyarakat mengurangi tabungannya, terutama kelompok yang tidak memperoleh tambahan bantuan sosial.

Pemerintah resmi menaikkan harga BBM jenis Pertalite, Solar dan Pertamax mulai 3 September lalu. Kementerian Keuangan menghitung, kenaikan ini akan mengerek inflasi tahun ini naik menjadi 6,6%-6,8%.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, kenaikan harga BBM yang mengerek inflasi berpengaruh terhadap kondisi keuangan masyarakat. Dalam survei BI untuk periode Agustus, rata-rata pendapatan masyarakat yang digunakan untuk konsumsi sebesar 73,4%. Dengan harga barang-barang makin mahal, proporsi pengeluaran untuk konsumsi kemungkinan bisa makin besar sekalipun sebetulnya lajunya justru melambat.

"Karena pendapatannya belum naik dan penyesuaian upah minimum provinsi (UMP) baru tahun depan, tentu saja masyarakat kelas menengah akan menggunakan tabungan apabila ada tambahan-tambahan biaya atau pengeluaran," kata Josua dalam sambungan telepon, Kamis (8/9).

Josua menilai, tabungan masyarakat kelompok ekonomi bawah terutama yang berada di desil 1-4 atau 40% termiskin justru tidak akan terkoreksi dalam. Ini karena peningkatan biaya hidup mereka dikompensasi dengan adanya tambahan bantuan langsung tunai (BLT) yang nilainya Rp 12,4 triliun. Pemerintah mengklaim bantuan itu bisa menjangkau hingga 40% masyarakat termiskin.

Tabungan dari kelompok ekonomi atas terutama 20% terkaya, menurut Josua, kemungkinan juga tidak akan tergerus signifikan. Menurut dia, kelompok masyarakat ini, masih bisa memaksimal penerimaan dari hasil investasi untuk menutupi tambahan biaya. Kelompok ini juga kemungkinan bakal mengurangi kebutuhan belanja tersiernya ketimbang menarik dari tabungan.

"Yang perlu dicermati adalah mereka yang di kelompok menengah (desil 5-8 atau 40% di tengah) yang bukan target penerima bansos, mereka tentu akan menerima dampak signifikan dibandingkan masyarakat penghasilan tinggi, ini yang harus dilihat bahwa dampak kenaikan BBM tentu berpotensi menggerus tabungan mereka," kata Josua.

Dalam survei BI, masyarakat dalam beberapa bulan lalu sebetulnya makin mempertebal tabungan. Hal ini tercermin dari proporsi pendapatan masyarakat yang dipakai untuk menabung meningkat terutama sejak Mei 2022. Namun proporsinya menurun pada bulan lalu seiring kenaikan alokasi untuk konsumsi. 

Proporsi pendapatan masyarakat untuk tabungan diperkirakan bakal terus turun seiring kebutuhan untuk konsumsi meningkat ke depan. Ekonom LPEM FEB UI Teuku RIefky menyebut beberapa kelompok diperkirakan mengurangi alokasi untuk tabungan sebagai imbas kenaikan harga BBM yang mengerek harga barang lainnya.

"Kelompok pengeluaran besar di atas Rp 5 juta per bulan kemungkinan akan turun saving-nya. Kalau pengeluaran kecil mungkin tidak terlalu terdampak karena mendapat BLT," kata Riefky.

 

Reporter: Abdul Azis Said