Ancaman krisis pangan menjadi salah satu masalah utama yang dibahas oleh kelompok ekonomi terbesar G20. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kelangkaan dan kenaikan harga pupuk yang akan menjadi penentu seberapa parah risiko krisis pangan pada tahun depan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ada kesamaan kekhawatiran dari para anggota G20 terkait masalah ketersediaan pupuk yang dapat mengancam krisis pangan ke depan. Kekhawatiran ini juga disampaikan berbagai lembaga pembangunan internasional seperti Bank Dunia, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO).
"Masalah pupuk saat ini akan berdampak terhadap ketersediaan pangan dan bahkan krisis pangan selama delapan hingga 12 bulan ke depan. Jadi saat ini kita menuju tahun 2023 yang akan jauh lebih berisiko untuk masalah pangan ini," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers usai pertemuan antara Menteri Keuangan dan Menteri Pertanian G20, Selasa (11/10).
Ia menjelaskan, risiko terhadap ketahan pangan dan gizi di seluruh dunia semakin meningkat terutama karena gangguan pandemi. Ini dikombinasikan oleh masalah perubahan cuaca ekstrem dan juga kondisi makro ekonomi yang tidak stabil. Kerawanan ini kemudian diperparah oleh masalah geopolitik, adanya pembatasan ekspor sejumlah komoditas, serta masalah kelangkaan dan kenaikan harga pupuk.
Sri Mulyani mengatakan, Menkeu dan Mentan G20 telah sepakat untuk memngatasi masalah kerawanan pangan yang berasal dari masalah pupuk. Salah satu yang akan dilakukan adalah memperhatikan pasokan dan permintaan terhadap pupuk. Negara-negara anggota telah membangun Sistem Informasi Pasar Pertanian (AMIS). Ini merupakan platform antar-lembaga untuk meningkatkan transparansi pasar pangan dan respons kebijakan untuk ketahanan pangan.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kelangkaan pupuk antara lain dipicu oleh ketegangan geopolitik yang berlangsung sekarang. Rusia yang saat ini sedang berperang dengan Ukraina merupakan salah satu pemasok terbesar pupuk dunia. Negeri beruang merah itu menjadi eksportir pupuk terbesar dunia berdasarkan data nilai ekspor 2020, melampaui Cina, Kanada dan Amerika Serikat.
"Harga pupuk yang naik signifikan menjadi masalah secara global yang dialami seluruh dunia. Ini akan berdampak pada pembiayaan produksi yang pasti meningkat," kata Syahrul dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani.
Dampak kenaikan harga pupuk terhadap komoditas lain ini sudah terlihat di dalam negeri. Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi dalam kunjungan ke Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta pekan lalu mengatakan bahwa harga beras di dalam negeri mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kenaikan harga pupuk.
Dalam rangka mendukung kampanye penyelenggaraan G20 di Indonesia, Katadata menyajikan beragam konten informatif terkait berbagai aktivitas dan agenda G20 hingga berpuncak pada KTT G20 November 2022 nanti. Simak rangkaian lengkapnya di sini.