Dana Moneter Internasional atau IMF memangkas ramalan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan dari proyeksi Juli sebesar 5,2% menjadi 5%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan juga lebih rendah dibandingkan ramalan tahun ini sebesar 5,3%.
Mengutip World Economic Outlook edisi Oktober, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun depan masih lebih baik dibandingkan sejumlah negara ASEAN lainnya. Ekonomi Malaysia diperkirakan tumbuh 4,4%, Thailand 3,7%, Singapura 2,3%, dan Filipina 5%. Hanya Vietnam dan kamboja yang diperkirakan tumbuh lebih tinggi masing-masing mencapai 6,2%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan juga lebih baik dari Cina maupun banyak negara maju. IMF memperkirakan ekonomi Cina hanya tumbuh 4,4%, lebih baik dibandingkan tahun ini yang hanya akan mencapai 3,2%.
IMF melihat perekonomian dunia akan lebih sulit pada tahun depan. Prospek pertumbuhan ekonomi global juga dipangkas dari 2,9% menjadi 2,7%. Lembaga ini juga melihat kemungkinan ekonomi dunia tumbuh di bawah 2% pada tahun depan dan meningkatnya risiko resesi ekonomi.
Menurut IMF, ada tiga masalah utama yang menjadi penghambat ekonomi tahun depan. Pertama, inflasi yang terus-menerus naik dan meluas yang menyebabkan krisis biaya hidup. Kedua, invasi Rusia ke Ukraina dan krisis energi terkait. Ketiga, perlambatan ekonomi di Cina.
Lembaga multilateral ini juga melihat sepertiga ekonomi dunia yang terdiri dari 31 negara akan mengalami kontraksi ekonomi secara berturut-turut. Kondisi tersebut didefinisikan oleh sebagian besar ekonom dan negara sebagai resesi ekonomi.
IMF tidak secara spesifik merinci negara mana saja yang akan masuk ke dalam jurang resesi teknikal. Meski demikian, beberapa negara berikut mencatatkan kinerja pertumbuhan yang turun dalam, baik tahun ini maupun tahun depan. Beberapa bahkan diperkirakan terkontraksi pada tahun depan.
Amerika Serikat
Ekonomi AS dipangkas hingga 0,7 poin pada tahun ini dengan perkiraan hanya tumbuh 1,6%. Ekonomi AS diperkirakan bahkan tidak akan tumbuh alias stagnan untuk basis kuartal empat 2021 ke kuartal empat tahun ini. Perekonomian akan melambat tahun depan dengan pertumbuhan hanya 1%.
"Penurunan pendapatan riil yang dapat dibelanjakan terus mengganggu permintaan konsumen, dan suku bunga yang lebih tinggi berdampak pada pengeluaran, terutama pengeluaran untuk investasi residensial," kata IMF.
Zona Euro
Kawasan euro ini diperkirakan akan tumbuh cukup kuat di 3,1% pada tahun ini, direvisi ke atas 0,5 poin dari perkiraan Juli. Namun perekonomian kawasan ini akan jatuh tahun depan dengan outlook hanya akan tumbuh 0,5%, dipangkas 0,7 poin. Pelemahan ini terutama berasal dari Jerman dan Italia yang diperkirakan akan terkontraksi pada tahun depan masing-masing 0,3% dan 0,2%. Ekonomi Perancis dan Spanyol juga akan melambat tahun depan meskipun masih akan tumbuh positif.
Pelemahan signifikan tahun depan mencerminkan efek limpahan dari perang di Ukraina. Revisi dalam dilakukan untuk negara-negara yang paling terpengaruh dampak pembatasan pasokan gas dari Rusia, serta kondisi keuangan yang semakin ketat.
Inggris
Ekonomi terbesar kelima di dunia ini diperkirakan turun tajam pada tahun depan dari perkiraan sebelumnya 3,6% menjadi hanya 0,3%. Inflasi tinggi akan mengurangi daya beli serta kebijakan moneter yang lebih ketat berdampak pada konsumsi dan investasi.
Mseki demikian, IMF menyebut perkiraan tersebut keluar sebelum Inggris resmi mengumumkan ekspansi fiskal baru-baru ini. Langkah tersebut diperkirakan bisa mengangkat pertumbuhan sedikit di atas perkiraan dalam waktu dekat tetapi akan memperumit masalah inflasi.
Cina
Prospek pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini dipangkas 0,1 poin menjadi hanay 3,2%. IMF mencatat pertumbuhan ini akan menjadi yang terendah selama empat dekade terakhir. Adapun prospek tahun depan juga dipangkas lebih dalam menjadi 4,4%. Perlambatan ini terutama karena dua faktor, penyebaran Covid-19 dan kebijakan lockdown, serta krisis properti yang memburuk.
India
Proyeksi pertumbuhan India tahun ini dipangkas 0,6 poin, bahkan lebih dalam dibandingkan Cina maupun negara-negara utama lainnya yang tampaknya masih ada harapan untuk tahun ini. Ini karena perlambatan signifikan pada kuartal kedua lalu serta permintaan luar negeri yang lesu. Prospek pertumbuhan tahun depan melambat dibandingkan tahun ini menjadi 6,1%.