Krisis Argentina, Warga Berbondong Jadi Pemulung Akibat Inflasi 100%
Krisis ekonomi di Argentina, antara lain ditandai oleh kenaikan harga atau inflasi yang mencapai 100%. Semakin mahalnya biaya hidup membuat banyak orang Argentina memulung sampah yang dapat di daur ulang untuk dapat bertahan hidup.
Negara Amerika Selatan itu akan mencatat kenaikan harga paling tajam tahun ini sejak periode hiperinflasi sekitar tahun 1990. Ini adalah salah satu kasus ekstrim meski ekonomi dunia secara luas berjuang untuk menjinakkan inflasi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
"Penghasilan saya tidak lagi cukup," kata Sergio Omar yang menghabiskan 12 jam sehari menelusuri tumpukan sampah dari tempat pembuangan sampah di Lujan, 65 km di luar ibu kota Buenos Aires, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (14/10).
Pria berusia 41 tahun ini mencari kardus, plastik, dan logam yang dapat dijual kembali. Ia mengatakan, biaya makanan telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir sehingga menjadi sulit untuk memberi makan keluarganya dengan lima anak.
Dia mengatakan bahwa semakin banyak pekerja informal akan datang ke tempat pembuangan sampah untuk mencari barang yang bisa mereka jual demi bertahan hidup.
"Dua kali lebih banyak orang datang ke sini karena ada begitu banyak krisis," katanya.
Omar menghasilkan sekitar 2.000 dan 6.000 peso atau setara Rp 200 ribu hingga Rp 616 ribu per hari dengan menjual sampah yang dapat didaur ulang.
Di tempat pembuangan, Reuters melihat pria dan wanita mencari pakaian yang bisa digunakan dan bahkan makanan. Mereka mengarungi tumpukan sampah di mana gas yang dikeluarkan oleh sampah yang membusuk sebenarna dapat menciptakan kebakaran mendadak. Ada banyak tikus, anjing liar, dan burung pemulung.
Seabad yang lalu, Argentina adalah salah satu negara paling makmur di dunia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, negara ini jatuh dari krisis ekonomi ke krisis ekonomi lainnya dan telah berjuang untuk menjaga inflasi tetap terkendali.
Harga-harga di Argentina naik dengan kecepatan tercepat sejak 1990-an. Masalah yang ada antara lain dipicu oleh pencetakan uang dan kenaikan harga yang diperparah oleh kondisi global yakni biaya pupuk untuk pertanian dan impor gas yang melonjak
Analis yang disurvei Reuters memperkirakan Inflasi kemungkinan naik 6,7% secara bulanan. Inflasi yang tinggi telah menyebabkan bank sentral menaikkan suku bunga menjadi 75%, dengan potensi kenaikan lebih lanjut.
Tingkat kemiskinan naik menjadi lebih dari 36% dengan kemiskinan ekstrem mencapai 8,8% atau 2,6 juta orang pada paruh pertama tahun 2022. Program kesejahteraan pemerintah membantu mencegahnya naik lebih tinggi, tetapi ada seruan dari beberapa pihak untuk lebih banyak belanja sosial meskipun dana negara terbatas.
Pada 2001, selama salah satu krisis ekonomi terburuk di Argentina, Sandra Contreras mendirikan Lujan Barter Club. Pertukaran barang ini kembali digunakan karena orang Argentina, yang tidak dapat mengikuti harga, ingin menukar barang-barang seperti pakaian lama dengan kantong tepung atau pasta.
"Orang-orang datang sangat putus asa, gaji mereka tidak cukup, keadaan semakin buruk dari hari ke hari," kata Contreras.
Ia mengatakan, bahwa orang akan mulai mengantri dua jam sebelum klub barter dibuka setiap pagi.
"Orang-orang tidak punya uang lagi, mereka perlu membawa pulang sesuatu, jadi tidak ada pilihan selain barter," kata dia.
Pablo Lopez, 26, yang bekerja di pusat daur ulang kecil, mengatakan bahwa bekas luka dari kenaikan harga jelas terlihat. "Inflasi ini gila, Anda bisa melihatnya di sini dengan orang-orang yang datang bekerja bahwa inflasi melanda kita semua," katanya.