Rupiah Bisa Tembus 15.700/US$ Hari Ini Jelang Pengumuman Bunga The Fed

ANTARA FOTO/Reno Esnir/foc.
Ilustrasi. Pengamat melihat data inflasi Indonesia bulan Oktober yang lambat dibandingkan bulan sebelumnya mungkin bisa membantu penguatan rupiah hari ini.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
2/11/2022, 10.05 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 12 poin ke level Rp 15.640 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah melemah terimbas ekspektasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve 75 bps malam ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 15.663 pada pukul 09.20 WIB, semakin jauh dari posisi penutupan kemarin di Rp 15.628 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak variatif terhadap dolar AS pagi ini. Pelemahan juga dialami won Korea Selatan 0,12%, peso Filipina 0,08%, yuan Cina 0,10%, dan ringgit Malaysia 0,14%. Sebaliknya, baht Thailand menguat 0,28% bersama rupee India 0,08%, dolar Taiwan 0,07%, dolar SIngapura 0,07% dan yen Jepang 0,59%, sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah hari ini jelang pengumuman suku bunga The Fed yang diperkirakan mengerek bunga 75 bps malam ini. Kurs garuda diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.550-Rp 15.700 per dolar AS.

Para pembuat kebijakan The Fed menggelar pertemuan dua hari terakhir dan akan mengumumkan keputusan kebijakan bunga acuannya pada Kamis dini hari waktu Indonesia. Mayoritas pasar memperkirakan suku bunga akan naik 0,75% untuk keempat kalinya. 

Pasar juga merespons data inflasi Oktober Indonesia yang melandai. Inflasi sebesar 5,71% secara tahunan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya 5,95%. 

"Data inflasi Indonesia kemarin semakin meyakinkan investor apabila BI akan kurang agresif dari pada The Fed kedepannya," kata Lukman dalam risetnya.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan menguat hari ini karena pelemahan indeks dolar AS dan imbal hasil alias yield obligasi benchmark AS yang turun pagi ini. Rupiah berpotensi menguat ke Rp 15.560, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.630 per dolar AS.

"Di pasar, spekulasi the Fed bakal mengerem kenaikan suku bunga acuannya mulai memicu pelemahan dolar AS dan pelaku pasar masuk ke aset berisiko," kata Ariston dalam keterangannya. 

Pasar kini mulai memperkirakan bank sentral terbesar dunia itu mengurangi laju kenaikan suku bunganya pada Desember. Setelah kenaikan 75 bps nanti malam, The Fed kemungkinan hanya akan menaikkan 50 bps pada pertemuan terakhirnya tahun ini pada bulan depan.

Selain itu, Ariston melihat data inflasi Indonesia bulan Oktober yang lambat dibandingkan bulan sebelumnya mungkin bisa membantu penguatan rupiah hari ini. Ini artinya inflasi yang terkendali bisa menopang daya beli dan menjaga pertumbuhan ekonomi.



Reporter: Abdul Azis Said