Sinyal Hawkish The Fed, Rupiah Loyo Kembali Tembus 15.700 per Dolar AS

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Ilustrasi. Rupiah hari ini dibuka melemah tipis enam poin ke level Rp 15.690 per dolar AS.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
21/11/2022, 11.05 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis enam poin ke level Rp 15.690 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah dipengaruhi komentar hawkish sejumlah pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve beberapa hari terakhir.

Mengutip Bloomberg, rupiah melanjutkan pelemahan ke Rp 15.702 per dolar AS pada pukul 10.43 WIB. Ini semakin jauh dari posisi penutupan akhir pekan lalu di Rp 15.684 per dolar AS.

Mayoritas mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Dolar Singapura melemah 0,14% bersama dolar Hong Kong 0,02%, dolar Taiwan 0,31%, won Korea Selatan 1,02%, peso Filipina 0,15%, rupee India 0,05%, yuan Cina 0,64%,  ringgit Malaysia 0,75% dan baht Thailand 0,54$. Sebaliknya, yen Jepang satu-satunya yang menguat yakni 0,04%.

Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan kembali melemah hari ini setelah komentar hawkish pejabat The Fed beberapa hari terakhir. Rupiah diperkiraan bergerak di rentang Rp 15.625-Rp 15.750 per dolar AS.

"Rupiah berpotensi melemah oleh naiknya imbal hasil obligasi AS setelah pernyataan hawkish dari Presiden The Fed Boston, Susan Collins," kata Lukman dalam risetnya, Senin (21/11).

Collins menyatakan keyakinan bahwa pembuat kebijakan dapat menjinakkan inflasi tanpa terlalu banyak merusak pasar tenaga kerja. Oleh karena itu, ia menilai upaya memulihkan stabilitas harga tetap menjadi keharusan saat ini. Ia menegaskan bahwa 'masih lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan', mengindikasikan kenaikan bunga agresif mungkin masih diperlukan.

Pernyataannya itu menambah komentar hawkish setelah sebelumnya Presiden The Fed St. Louis James Bullard mengisyaratakan bank sentral masih perlu menaikkan bunga jumbo. Ia mengatakan, tingkat kebijakan yang diambil saat ini belum berada pada zona yang bisa dianggap cukup untuk menangani inflasi. Ia bahkan menyarankan suku bunga bisa dikerek antara 5%-7%.

"Imbal hasil obligasi AS dan dolar AS diperkirakan masih akan terus naik, dengan investor mengantisipasi statement hawkish dari Gubernur The Fed Jerome Powell pada risalah pertemuan FOMC minggu ini," kata Lukman.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra melihat risiko pelemahan rupiah hari ini setelah komentar hawkish beberapa pejabat The Fed tersebut. Rupiah diperkirakan melemah ke arah Rp 15.700-Rp 15.730 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 15.650 per dolar AS.

Komentar sejumlah pejabat The Fed tersebut telah menjadi sentimen pelemahan rupiah bahan sejak akhir pekan lalu. Sentimen yang sama kemungkinan berlanjut pada perdagangan awal pekan ini.

Pelemahan rupiah juga terjadi seiring meningkatnya permintaan terhadap dolar AS pada akhir tahun di dalam negeri. "Permintaan dolar AS cenderung meningkat menjelang akhir tahun untuk berbagai kebutuhan korporasi," kata Ariston dalam risetnya.

Meski demikian masih ada sedikit harapan. Belakangan ini sentimen pasar terhadap aset berisiko terlihat membaik dengan kenaikan indeks-indeks saham global. Membaiknya sentimen pasar ini karena berkembang ekspektasi bahwa Bank Sentral AS bakal melambatkan kenaikan suku bunga acuannya karena tekanan inflasi AS mulai menurun. 



Reporter: Abdul Azis Said