Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November mengalami inflasi 0,09% secara bulanan atau 5,42% secara tahunan. Inflasi secara bulanan disumbangkan oleh kenaikan harga telur ayam ras, rokok kretek, tomat, hingga tempe, sedangkan harga cabai merah dan cabai rawit turun.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Setianto menjelaskan tekanan inflasi pada bulan lalu sebenarnya melemah dibandingkan Oktober. BPS mencatat inflasi Oktober mencapai 0,11% secara bulanan atau 5,71% secara tahunan.
"Tingkat inflasi tahun kalender (Januari-November 2022) sebesar 4,82%," ujar Setianto dalam Konferensi Pers, Kamis (1/11).
Ia menjelaskan melemahnya tekanan inflasi terutama disebabkan oleh melemahnya inflasi komponen harga bergejolak yang turun dari 7,19% secara tahunan pada Oktober menjadi 5,17%. Komponen tersebut memiliki andil 0,95% terhadap inflasi.
Inflasi komponen harga yang diatur pemerintah hanya turun dari 13,28% pada Oktober menjadi 13,01%, sedangkan inflasi inti hanya turun dari 3,31% menjadi 3,3%. Adapun komponen harga yang diatur pemerintah memberikan sumbangan 2,3% terhadap inflasi, sedangkan komponen inti berkontribusi 2,17%.
Ia menjelaskan, komoditas yang menyumbangkan inflasi tertinggi secara tahunan adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, rokok, beras, telur ayam ras, tarif angkutan dalam kota. "Kelompok transportasi mengalami inflasi tahunan tertinggi mencapai 15,45% dengan andil 1,86%.
Adapun kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi tertinggi kedua mencapai 5,87% dengan andil 1,5%, disusul perlengkapan peralatan rumah tangga rutin yang mencapai 4,96% dengan andil 0,3%.
Sementara secara bulanan, inflasi terutama disumbangkan oleh perlengkapan rumah tangga dengan inflasi 0,23% dan andil 0,01%. Adapun kelompok mkanan dan minuman tidak memberikan sumbangan ke inflasi.
Meski demikian, menurut Setianto, beberapa komoditas pangan seperti harga telur ayam ras, rokok kretek, tomat, hingga tempe naik dan menyumbangkan inflasi. Namun, ada komoditas seperti cabai merah dan cabai rawit yang harganya turun dan menyumbangkan deflasi.
Adapun berdasarkan wilayahnya, menurut Setianto, inflasi tertinggi di Sumatera terjadi di Bukit Tinggi 7,01%, inflasi tertinggi di Kalimantan terjadi di Tanjung Selor mencapai 9,2%, inflasi tertinggi di Jawa terjadi di Jember 7,76%. Inflasi tertinggi di Bali dan Nusa Tenggara terjadi di Kupang 7,3%, inflasi tertinggi di Sulawesi terjadi di Parepare 7,11%, sedangkan tertinggi inflasi di Papua dan Maluku Utara terjadi di Jayapura sebesar 6,8%.
"Inflasi tertinggi di 90 kabupaten/kota terjadi di Tanjung Selor, sedangkan terendah di Ternate 3,26," kata dia.
Menurut dia, tarif angkutan udara dan bensin menjadi penyumbang inflasi tertinggi di kota Tanjung Selor yang memiliki inflasi tertinggi, maupun di Ternate yang memiliki inflasi terendah.