Badan Pusat Statistik mencatat neraca perdagangan sepanjang Januari-November 2022 mencapai US$ 50,59 miliar. Surplus perdagangan ini melonjak dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 34,32 miliar.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengatakan, neraca perdagangan pada November kembali surplus US$ 5,16 miliar. "Neraca perdagangan membukukan surplus selama 31 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," ujar Habibullah dalam Konferensi Pers, Kamis (15/12).
Berdasarkan catatan BPS, surplus neraca perdagangan sepanjang tahun ini terutama disumbangkan oleh ekspor yang melesat 28,16% dibandingkan Januari-November 2021 menjadi US$ 268,18 miliar. Sementara impor melonjak 24,25% menjadi US$ 217,58.
Sementara khusus bulan lalu, kinerja ekspor turun 2,46% menjadi US$ 24,12 miliar, sedangkan impor turun 0,91% menjadi US$ 18,96 miliar.
BPS mencatat surplus perdagangan bulan lalu maupun sepanjang tahun ini disumbangkan oleh neraca perdagangan nonmigas yang mencapai US$ 6,83 miliar dan US$ 73,24 miliar.
Sementara neraca perdagangan migas mencatatkan defisit US$ 1,67 miliar pada bulan lalu dan US$ 22,65 miliar sepanjang tahun ini.
Adapun berdasarkan negaranya, menurut Habibullah, surplus perdagangan bulan lalu masih disumbangkan Amerika Serikat masih mencapai US$ 1,31 miliar. Disusul India sebesar US$ 1,17 miliar, dan Filipina US$ 1,02 miliar.
"Komoditi penyumbang surplus terbesar dengan India adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, serta bijih logam, terak, dan abu," ujarnya.
Di sisi lain, menurut dia, perdagangan Indonesia mengalami defisit terbesar dengan tiga negara pada bulan lalu yakni dengan Australia sebesar US$ 519 juta dolar AS, Thailand US$ 321 juta dolar AS, dan Brazil US$ 249 juta.