Ekonomi AS Tumbuh 2,9% pada Kuartal 4 2022, Melambat Tapi Belum Resesi

ANTARA FOTO/REUTERS/David Ryder/ama/dj
Ilustrasi. Ekonomi Amerika Serikat belum memasuki resesi ekonomi seperti yang dikhawatirkan pasar.
Penulis: Agustiyanti
27/1/2023, 10.01 WIB

Ekonomi Amerika Serikat tumbuh 2,9% secara tahunan pada kuartal keempat tahun lalu. Meski tumbuh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya 3,2%, ekonomi Amerika Serikat belum memasuki resesi ekonomi seperti yang dikhawatirkan pasar. 

Mengutip CNBC, produk domestik bruto AS pada kuartal IV ini melampaui perkiraan para ekonom. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones mengharapkan pembacaan 2,8%.

Belanja konsumen yang menyumbang sekitar 68% dari PDB AS naik 2,1% untuk pada periode tersebut, turun sedikit dibandigkan 2,3% pada periode sebelumnya. Inflasi bergerak jauh lebih rendah setelah mencapai angka tertinggi 41 tahun di musim panas.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi meningkat 3,2%, sesuai dengan ekspektasi tetapi turun tajam dari 4,8% pada kuartal ketiga. Adapun indeks rantai tertimbang yangidak termasuk makanan dan energi, indeksnaik 3,9%, turun dari 4,7%.

Sementara angka inflasi menunjukkan kenaikan harga surut, mereka tetap jauh di atas target 2% Federal Reserve.

Seiring dengan dorongan dari konsumen, peningkatan investasi inventaris swasta, pengeluaran pemerintah dan investasi tetap nonresidensial membantu mengangkat PDB.

Investasi tetap residensial turun 26,7%,  mencerminkan penurunan tajam dalam perumahan dan menghambat angka pertumbuhan. Penurunan perumahan mengurangi sekitar 1,3% angka PDB utama.

Belanja pemerintah federal naik 6,2%, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan pengeluaran nonpertahanan sebesar 11,2%. Sementara itu, pengeluaran negara bagian dan lokal naik 2,3% dan menyumbang 0,64% ke PDB.

Peningkatan inventaris juga memainkan peran penting dan menambahkan hampir 1,5% ke PDB. 

"Perpaduan pertumbuhan yang mengecewakan, dan data bulanan menunjukkan ekonomi kehilangan momentum seiring berjalannya kuartal keempat," ujar Andrew Hunter, ekonom senior AS untuk Capital Economics.

Ia masih memperkirakan lonjakan suku bunga akan mendorong ekonomi AS ke dalam resesi ringan di paruh pertama tahun ini.

AS sempat mencatatkan pertumbuhan negatif pada dua kuartal pertama tahun 2022, menyusul data PDB 2021 yang naik pada laju terkuatnya sejak 1984. Pertumbuhan ekonomi negatif selama dua kaurtal berturut-turut cocok dengan definisi resesi secara teknis. 

Namun, konsumen yang tangguh dan pasar tenaga kerja yang kuat membantu pertumbuhan menjadi positif di dua kuartal terakhir dan memberikan harapan untuk tahun 2023.

“Sama seperti ekonomi tidak selemah pada paruh pertama tahun 2022, ekonomi juga tidak sekuat yang ditunjukkan oleh rilis PDB Q4,” kata Jim Baird, kepala investasi di Plante Moran Financial Advisors. 

Laporan ekonomi terpisah pada Kamis juga menyoroti pasar tenaga kerja yang kuat dan ketat. Klaim pengangguran mingguan turun 6.000 menjadi 186.000, terendah sejak April 2022 dan jauh di bawah perkiraan Dow Jones 205.000.

Pesanan untuk barang tahan lama juga jauh lebih baik dari yang diperkirakan, naik 5,6% untuk Desember, dibandingkan dengan perkiraan 2,4%.

Terlepas dari data ekonomi yang cukup kuat, sebagian besar ekonom berpendapat bahwa resesi kemungkinan kuat terjadi tahun ini.

Serangkaian kenaikan suku bunga Fed yang agresif yang ditujukan untuk menjinakkan inflasi yang tak terkendali diperkirakan akan terjadi tahun ini. The Fed menaikkan suku bunga acuan pinjaman sebesar 4,25% sejak Maret 2022 ke tingkat tertinggi sejak akhir 2007. Kenaikan suku bunga umumnya memiliki transmisi yang lambat, yang berarti efek nyata mereka mungkin tidak terasa sampai beberapa waktu ke depan.

Pasar melihat hampir pasti bahwa The Fed akan menaikkan lagi suku bunganya seperempat persentase poin pada pertemuannya minggu depan dan menaikkan lagi dengan besaran yang sama pada Maret.

Beberapa sektor ekonomi telah menunjukkan tanda-tanda resesi meskipun secara keseluruhan pertumbuhannya positif.

Laporan laba perusahaan dari kuartal keempat juga menandakan potensi resesi pendapatan. Dengan hampir 20% dari perusahaan S&P 500 melaporkan, mereka mengalami kerugian sebesar 3%, meski pendapatannya tumbuh 4,1%.

Belanja konsumen juga menunjukkan tanda-tanda melemah, dengan penjualan ritel turun 1,1% di bulan Desember.