Pegawai Sri Mulyani: SBN Ritel Tak Picu Orang-orang Beralih dari Bank
Pegawai Sri Mulyani memastikan penerbitan Surat Berharga Negara atau SBN ritel tak membuat orang-orang mengalihkan dananya di bank untuk berinvestasi. Hal ini juga sudah didiskusikan dengan otoritas keuangan lainnya.
"Asesmen kami dengan Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perbankan, (SBN ritel) belum menyebabkan crowding out di bank, termasuk dalam kompetisi dengan Dana Pihak Ketiga (DPK)," kata Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (7/2).
Crowding out merupakan kondisi ketika nasabah ramai-ramai mengalihkan dana dari simpanan atau deposito di bank ke instrumen surat utang pemerintah. Dengan kata lain, dana nasabah di bank ditarik untuk membeli SBN.
Sedangkan DPK yakni dana yang bersumber dari masyarakat luas, seperti tabungan, giro, dan deposito.
Penyebab orang mengalihkan dananya dari suatu instrumen keuangan ke instrumen lainnya ada banyak hal, salah satunya imbal hasil.
SBN ritel seri SBR012 misalnya, menawarkan bunga floating minimal 6,15% - 6,35%. Ini lebih besar ketimbang bunga deposito bank-bank BUMN berkisar 2,25% - 3,15%.
Dengan penawaran imbal hasil seperti itu, penerbitan SBN ritel terus naik dari Rp 46 triliun pada 2018 menjadi Rp 107 triliun tahun lalu. Pemerintah menerbitkan tujuh seri SBN ritel pada 2022, di antaranya:
- Tiga seri surat utang negara (SUN) ritel
- Tiga sukuk ritel
- Satu sukuk waqaf ritel
Namun Suminto memastikan penerbitan SBN ritel tak menimbulkan crowding effect. Sebab, pada tahun berjalan terdapat banyak obligasi ritel yang jatuh tempo.
Pemerintah menarik Rp 107 triliun dari penerbitan SBN ritel tahun lalu, tetapi juga melakukan pelunasan jatuh tempo Rp 84 triliun. Maka secara neto hanya Rp 23 triliun dana masyarakat yang masuk ke kas negara lewat SBN ritel.
"Untuk bank yang asetnya ribuan triliun sebenarnya ini nominal yang kecil dan belum menyebabkan crowding out ke perbankan," kata Suminto.
Selain itu, likuiditas bank tercatat longgar yang tecermin dari alat likuid terhadap DPK 31,2% pada Desember2022. Ini jauh di atas rata-rata sebelum pandemi corona, yang maksimal 20% - 21%.
Itu artinya ketersediaan dana di bank untuk menyalurkan kredit masih banyak.
Suminto juga mencatat, kegiatan intermediasi oleh bank belum sepenuhnya pulih.
Pemerintah pun berencana meningkatkan target penerbitan SBN ritel tahun ini 21,5% menjadi Rp 130 triliun. "Ini dengan pertimbangan SBN ritel lebih stabil dan masih dalam upaya meningkatkan partisipasi investor domestik," kata Direktur SUN Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Deni Ridwan dalam keterangannya, pada Desember 2022 (29/12/2022).
Seri SBN ritel yang akan diterbitkan pemerintah mencakup:
- Obligasi Negara Ritel (ORI)
- Sukuk Negara Ritel (SR)
- Savings Bond Ritel (SBR)
- Sukuk Tabungan (ST)
- Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)