Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%, setelah terus menaikkan suku bunga dalam setiap pertemuan bulanannya sejak Agustus 2022. Keputusan ini ditempuh meski Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve dan bank sentral lainnya masih berpotensi menaikkan suku bunga.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, kebijakan suku bunga BI selalu didasarkan pada perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. "Dasar suku bunga adalah itu, bagaimana meyakini perkiraan inflasi ke depan, baik IHK (indeks harga konsumen) maupun inflasi inti. Inflasi IHK dan inti menurun lebih cepat daripada yang diperkirakan," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (16/2).
Ia memperkirakan, inflasi inti akan bergerak di kisaran 3%, dengan perkiraan tertinggi 3,6%. Perkiraan terbaru ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, di mana BI memperkirakan level tertinggi inflasi inti sebesar 3,7%. "Dengan realisasi Desember dan Januari memperlihatkan inflasi inti bergerak lebih rendah. IHK juga akan kembali di bawah 4% mulai September 2023 karena ada efek tahun sebelumnya akibat harga BBM." kata dia.
Perry memperkirakan inflasi umum atau IHK pada semester kedua tahun ini paling tinggi mencapai 3,5%. Kinerja inflasi yang lebih rendah dari perkiraan membuat BI meyakini bahwa suku bunga saat ini sebesar 5,75% sudah memadai.
"Memadai, berarti tidak perlu lagi ada kenaikan," ujarnya.
Meski demikian, ia tak menampik Indonesia akan terpengaruh oleh kemungkinan kenaikan suku bunga acuan The Fed yang kemungkinan masih berlanjut. BI melihat ada potensi puncak suku bunga The Fed mencapai 5,25%, lebih tinggi dari dugaan awal sebesar 5%. Suku bunga The Fed juga kemungkinan belum akan turun hingga akhir tahun ini.
"Oleh karena itu, dampak dari The Fed kami sikapi dengan upaya menjaga rupiah, agar imported inflation tidak berdampak di dalam negeri," katanya.
Beberapa kebijakan yang akan ditempuh BI untuk menangkal dampak kenaikan
- Kebijakan stabilisasi rupiah
- Operation Twist dengan menjual SBN jangka pendek agar yieldnya tetap menarik bagi asing.
- Implementasi kebijakan devisa hasil ekspor.
Para pelaku pasar sebelumnya memperkirakan The Fed masih akan menaikkan suku bunga acuannya hingga tiga kali. Ini mengingat data inflasi AS yang masih tinggi mencapai 6,4% secara tahunan, lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 6,2%.