Rupiah Menguat ke 15.159 per US$ Meski BI Setop Naikkan Suku Bunga
Nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,3% ke level Rp 15.159 per dolar AS di pasar spot sore ini. Rupiah menguat hari ini meski Bank Indonesia memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Rupiah memang sudah dibuka menguat sejalan pembukaan perdagangan pagi ini setelah sempat kembali melemah kemarin. Rupiah menguat bersama beberapa mata uang Asia lainnya kecuali dolar Hong Kong, ringgit Malaysia, baht Thailand dan won Korsel yang melema antara 0,01%-23%, sedangkan yuan Cina stagnan.
Rupiah menguat seiring dengan sentimen positif pasar terhadap aset berisiko. Beberapa indeks saham Asia terpantau menguat sore ini, Nikkei 225 menguat 0,71% bersama hang Seng ong Kong 0,84%, Kospi korea Selatan 1,96% , dan Nifty 50 India 0,31%.
"Sentimen positif mungkin dipicu oleh ekspektasi pertumbuhan ekonomi global yang membaik tahun ini," kata analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra dalam catatannya pagi ini, Kamis (16/2).
Ariston menilai, perdagangan hari ini juga diwarnai penantian pasar terhadap pertemuan Bank Indonesia. Bank sentral dalam konferensi pers siang ini memutuskan tidak menaikan suku bunga sehingga tetap bertahan di 5,75%.
Gubernur BI Perry Warjiyo juga mempertegas pernyataannya bahwa suku bunga saat ini sudah memadai untuk membawa inflasi konsumen turun ke rentang target 2%-4% pada semester kedua. Inflasi inti juga diperkirakan terjaga di bawah 4%.
"Kami yakin bahwa suku bunga itu memadai, dalam arti ya tidak butuh kenaikan lagi, jadi stance kebijakan moneter BI seperti itu," kata Perry.
Keputusan BI terhadap kebijakan suku bunga acuan biasanya mendapatkan respons dari pelaku pasar. Kenaikan suku bunga biasanya dapat mendorong penguatan rupiah karena memberikan insentif untuk dana asing masuk ke Indonesia. Sementara penurunan suku bunga biasanya menjadi disinsentif bagi rupiah.
Bank sentral juga menyampaikan prospek ekonomi domestik tahun ini lebih baik dari perkiraan sebelumnya dengan potensi tumbuh di atas 5%. Hal ini seiring pembukan kembali ekonomi Cina yang akan mendongkrak ekspor serta konsumsi yang tetap kuat sejalan pencabutan kebijakan PPKM.