Rupiah Melemah Pagi Ini ke Rp 15.200/US$ Imbas Data Ekonomi Amerika

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.
Ilustrasi.Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah ke Rp 15.217 pada pukul 09.55 WIB atau terkoreksi 0,12% dari posisi penutupan kemarin.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
24/2/2023, 10.01 WIB

Nilai tukar rupiah dibuka melemah delapan poin ke level Rp 15.200 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Pelemahan rupiah terimbas data ekonomi dan pasar tenaga kerja AS yang masih ketat.

Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah ke Rp 15.217 pada pukul 09.55 WIB atau terkoreksi 0,12% dari posisi penutupan kemarin. Koreksi juga dialami mayoritas mata uang Asia lainnya. Yen jepang melemah 0,01% bersaa dolar Taiwan 0,25%, won Korsel 0,20%, yuan Cina 0,07%. Sebaliknya, baht Thailand menguat 0,09% bersama rupee India 0,14%, peso filipina 0,51% dan dolar Singapura 0,01%,s edangkan dolar Hong Kong dan ringgit Malaysia stagnan.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan kembali melemah seiring penguatan indeks dolar AS. Rupiah diperkirakan melemah ke kisaran Rp 15.220, dengan potensi support di kisaran Rp 15.150 per dolar AS.

"Semalam data revisi indeks harga PDB AS kuartal keempat menunjukkan kenaikan melebihi ekspektasi yang mengisyaratkan tekanan kenaikan inflasi masih tinggi di AS," kata Ariston dalam catatannya, Jumat (24/2).

Rupiah juga tertekan rilis data klaim pengangguran di Amerika Serikat yang lebih rendah, mengindikasikan situasi yang masih ketat. Klaim pengangguran pekan lalu turun 3 ribu menjadi 192 ribu.

Situasi pasar tenaga kerja yang masih ketat, kata Ariston, bisa mendorong berlanjutnya siklus pengetatan moneter The Fed. Ekspektasi bahwa The Fed masih akan terus menaikan suku bunga ke depan telah bertahan di  pasar.

Senada, analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi melemah. Pergerakan rupiah diperkirakan antara RP 15.150-Rp 15.250 per dolar AS.

"Investor wait and see menantikan data inflasi PCE malam ini yang diperkirakan akan menunjukkan kenaikan besar pada pendapatan dan pengeluaran konsumen yang dapat memicu kenaikan pada inflasi," kata Lukman dalam catatannya.

Reporter: Abdul Azis Said