Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor barang konsumsi, termasuk kurma menurun pada Februari 2023 meski bulan depan sudah memasuki Ramadan. Ekonom melihat potensi peningkatan baru akan terlihat pada bulan ini dan bulan depan.
BPS mencatat impor barang konsumsi pada bulan lalu sebesar US$ 1,36 miliar, turun 14,5% dibandingkan bulan sebelumnya. "Penurunan tersebut didorong oleh komoditas jeruk mandarin, apel, dan daging lembu," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers, Rabu (15/3).
Beberapa jenis barang konsumsi yang turun seperti buah-buahan yang turun 56% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 61 juta. Impor alas kaki turun 36% menjadi US$ 55,3 juta serta mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya yang menyusut 29% menjadi US$ 62,6 juta.
Beberapa komoditas yang identik dengan Ramadan seperti kurma terpantau mengalami penurunan impor. Volume impor kurma pada Februari turun 3% menjadi 12,8 ribu ton. Dari sisi nilai menyusut 14% menjadi US$ 19,34 juta.
Meski demikian, beberapa barang konsumsi masih mencatatkan kenaikan impor bulan lalu. Impor mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya naik 107% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 92,8 juta. Impor kendaraan dan bagiannya naik 18% menjadi US$ 125,6 juta. Impor kopi, teh, dan rempah-rempah naik 24% menjadi US$ 69,3 juta.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz menyebut efek ramadan belum tercermin pada impor barang konsumsi bulan lalu. Ia menyebut biasanya baru akan terlihat pada bulan ini dan bulan depan.
"Inventory akhir tahun lalu juga masih tinggi jadi masih unwind inventory dari sisi manufakturnya," kata Irman.
Ia menyebut biasanya beberapa komoditas barang konsumsi yang akan impornya meningkat saat Ramadan dan lebaran antara lain buah-buahan, sayuran, rempah, dan peralatan rumah.
Impor Februari Lesu
Bukan hanya barang konsumsi, bahan baku atau penolong serta barang modal juga mencatatka penurunan. Impor bahan baku penolong yang menjadi penyumbang terbesar impor Indonesia, turun 15,1%. Sedangkan impor barang modal turun 6,6%.
Penurunan pada impor bahan baku penolong karena berkurangnya impor minyak mentah, bahan bakar bensin tanpa timbal RON 90-97 serta impor biji gandum. Penurunan pada impor barang modal utamanya generator set dan kendaraan bermotor.
"Impor barang modal biasanya indikasi atas ekspansi kapasitas, tetapi biasanya barang modal baru akan signifikan pada kuartal dua ke atas karena pada awal tahun belum banyak yang melakukan investasi barang modal," kata Irman.
Secara keseluruhan nilai impor turun 13,7% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 15,92 miliar. Penurunan impor tersebut bahkan lebih dalam dari bulan sebelumnya yang terkontraksi 7,15%.