IMF Lihat Pemulihan Ekonomi Cina Beri Angin Segar ke RI Tahun Ini

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/WSJ/cf
Ilustrasi. IMF melihat pemulihan yang lebih cepat di Cina dan meredanya tekanan inflasi global dapat memperkuat permintaan atas ekspor Indonesia.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
24/3/2023, 12.15 WIB

Dana Moneter Internasional  atau IMF mengerek proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,8% menjadi 5%. Pemulihan yang cepat pada perekonomian Cina diharap memberi efek positif ke Indonesia.

"Pertumbuhan diproyeksikan akan tetap kuat, sedikit menurun (dari tahun lalu 5,3%) menjadi 5% pada tahun 2023, karena harga komoditas kembali normal di tengah pengaturan kebijakan yang lebih ketat," kata tim IMF Cheng Hoon Lim dalam dokumen Article IV dikutip Jumat (24/3).

Meski demikian, proyeksi itu lebih tinggi dari laporan World Economic Outlook (WEO) akhir Januari lalu yang sempat memangjkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 4,8%.

IMF melihat risiko perekonomian Indonesia saat ini cukup seimbang. Beberapa faktor positif bagi ekonomi Indonesia, yakni pemulihan yang lebih cepat di Cina dan meredanya tekanan inflasi global dapat memperkuat permintaan atas ekspor Indonesia. 

Di sisi lain, pengetatan pasar keuangan dan perlambatan global yang melemahkan aktivitas ekspor impor dapat menekan rupiah. Demikian pula dengan perang yang berkepanjangan dan makin intensif bisa memperburuk rantai pasok dan memperparah inflasi.

IMF juga memperkirakan inflasi Indonesia akan kembali ke rentang target bank sentral di 2%-4% pada paruh kedua. Namun, IMF mengingatkan bahwa BI perlu mengambil tindakam tegas jika tekanan harga kembali muncul. 

IMF mengapresiasi langkah regulator Indonesia yang berwawasan ke depan dan terkoordinasi dengan baik telah menghasilkan beberapa output perekonomian yang positif tahun lalu. Perekonomian Indonesia sepanjang tahun lalu dinilai tumbuh sehat, inflasi turun, dan sistem keuangan yang stabil sekalipun tahun 2022 sangat menantang.

Lembaga yang berbasis di Washington DC, AS itu juga mangrepsiasi otoritas fiskal dan moneter yang menggunakan ruang kebijakannya secara fleksibel sehingga ekonomi bisa menyesuaikan diri terhadap guncangan global yang signifikan. "Ini membuat ekonomi Indonesia berada di posisi yang baik untuk pertumbuhan yang kuat dan inklusif secara berkelanjutan," tulis dokumen tersebut.

Adapun perekonomian Indonesia semakin pulih dari pandemi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan tahun lalu sebesar 5,3% merupakan rekor tertinggi dalam delapan tahun terakhir.

Konsumsi rumah tangga, yang menyumbang separuh dari perekonomian, berhasil tumbuh 4,93% seiring aktivitas dunia usaha yang meningkat karena mobilitas masyarakat semakin pulih. Konsumsi rumah tangga juga solid seiring pendapatan masyarakat meningkat. Hal ini kemudian memicu konsumsi yang lebih luas kepada kebutuhan-kebutuhan tersier seperti transportasi, komunikasi serta restoran dan hotel.

Kinerja ekspor yang cemerlang tahun lalu berkat harga komoditas juga menjadi salah satu mesin pendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu. Komponen ini tumbuh 16,3%, masih cukup kuat sekalipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya.

Reporter: Abdul Azis Said