Rupiah melemah 0,22% ke level Rp 14.932 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot sore ini. Investor melakukan aksi profit taking setelah rupiah menikmati penguatan selama beberapa pekan terakhir.
Rupiah melemah saat mayoritas mata uang Asia lainnya menguat. Yen Jepang menguat 0,27% bersama won Korea Selatan 0,40%, peso Filipina 0,15%, yuan Cina 0,17% dan baht Thailand 0,4%. Beberapa mata uang regional yang melemah antara lain yuan Cina 0,02%, dolar Taiwan 0,11% dan dolar Hong Kong 0,01%.
"Pelemahan rupiah lebih disebabkan oleh aksi profit taking di tengah sentimen pasar yang beragam," kata Analis DCFX Lukman Leong dalam catatannya Rabu (5/4) sore ini.
Indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi AS sedikit naik sehingga menekan rupiah. Namun imbal hasil obligasi 10 tahun Indonesia menurun, mencerminkan permintaan yang masih kuat oleh investor terhadap obligasi pemerintah.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebut dolar AS tertekan ole rilis data tenaga kera AS yang memburuk semalam. Hal ini karena data tersebut mengubah ekspektasi pasar terhadap arah suku bunga bank sentral AS, The Fed ke depan.
Jumlah pembukaan lapangan kerja baru di AS pada Maret 2023 turun menjadi 9,9 juta, rekor terendah hampir dua tahun terakhir. Penurunan tersebut mengindikasikan pasar tenaga kerja AS, salah satu faktor pemicu tekanan inflasi, mulai melonggar.
"Data pekerjaan AS yang lebih lembut dari yang diantisipasi menyebabkan pasar mengubah prospek kenaikan suku bunga," kata Ibrahim dalam catatannya.
Pembuat kebijakan The Fed akan kembali bertemu pada awal bulan depan. CME Group FedWatch menunjukkan probabilitas The Fed menahan suku bunga meningkat menjadi sebesar 56,3%, sementara sisanya 43,7% memperkirakan bunga kembali naik 25 bps.