Nilai tukar rupiah dibuka melemah sepuluh poin ke level Rp 14.923 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Data ketenagakerjaan AS pada Maret menunjukkan pasar tenaga kerja masih ketat sehingga berpotensi mendorong pelemahan rupiah hari ini.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke arah Rp 14.911 pada pukul 09.45 WIB, atau menguat 0,01% dibandingkan penutupan akhir pekan lalu.
Rupiah menguat bersama peso Filipina yang terapresiasi sebesar 0,15% dan rupee India 0,13%. Sebaliknya, mayoritas kurs regional melemah terhadap dolar AS, terutama baht Thailand yang terkoreksi 0,44% , yen Jepang 0,33% dan won Korsel 0,21%.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah hari ini setelah data ketenagakerjaan AS yang masih kuat dirilis akhir pekan lalu. Ia memperkirakan rupiah melemah ke arah Rp 14.980, dengan potensi support di kisaran Rp 14.900 per dolar AS.
Data NFP menunjukkan penyerapan tenaga kerja AS bulan lalu hanya sebanyak 236 ribu, di bawah ekspektasi pasar dan menurun dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian, angka pengangguran menurun ke 3,5% dan gaji karyawan terus naik mengindikasikan pasar tenaga kerja AS masuh ketat.
"Data tenaga kerja yang masih bagus ini memberi ruang bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya sebesar 25 bps di rapat Bank Sentral mendatang, apalagi inflasi di AS masih jauh di atas target 2%," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Senin (10/4).
Menurut dia, data ekonomi domestik yang bagus, salah satunya terlihat pada inflasi yang terjaga bisa menahan pelemahan tidak terlalu dalam. Inflasi terus menurun dan menyentuh ke bawah 5% pada bulan lalu secara tahunan.
Analis DCFX Lukman Leong juga melihat potensi yang sama, yakni data NFP akan memicu ekspektasi kenaikan bunga The Fed lebih lanjut sehingga mendorong pelemahan rupiah awal pekan ini. Ia memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp 14.875-Rp 15.000 per dolar AS.
"Namun perlemahan akan terbatas, dengan investor menantikan data cadangan devisa Indonesia yang diperkirakan akan kembali meningkat," ujarnya.