Rupiah Perkasa ke Level 14.600/US$ Usai Rilis Pertumbuhan Ekonomi AS
Rupiah dibuka menguat 13 poin ke level Rp 14.694 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah menguat seiring rilis data pertumbuhan ekonomi AS yang melambat pada kuartal pertama 2023 dan mendorong ekspektasi bank sentral AS akan makin melonggarkan program pengetatan moneternya.
Mengutip Bloomberg, rupiah terus menguat ke arah Rp 14.675 pada pukul 09.20 WIB, atau sudah menguat 0,22% dibandingkan penutupan kemarin.
Penguatan terhadap dolar AS juga dialami sejumlah mata uang Asia lainnya pagi ini. Peso Filipina menguat 0,38% bersama yuan Cina 0,12%, ringgit Malaysia 0,11%, dan baht Thailand 0,02%. Sebaliknya, rupee India terkoreksi 0,09%, bersama won Korsel 0,12%, yen Jepang 0,11% dan dolar Singapura 0,01%, sedangkan dolar Hong Kong dan Taiwan stagnan.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah melanjutkan penguatan hari ini terdorong pelemahan ekonomi AS. Rupiah berpeluang menguat ke arah Rp 14.650 dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.850 per dolar AS.
Rilis data semalam menunjukkan perekonomian AS kuartal pertama tahun ini sebesar 1,1% secara tahunan, di bawah ekspektasi pasar 2% dan melambat dari kuartal sebelumnya 2,6%. Data ini mengirim sinyal lebih lanjut bahwa perekonomian AS berada pada jalur pelemahan lebih lanjut di tengah perkiraan resesi di akhir tahun.
"Data ini bisa memberikan alasan bagi Bank Sentral AS, The Fed untuk melonggarkan program pengetatan moneternya meskipun tingkat inflasi AS masih jauh di atas level target 2%," kata Ariston dalam catatannya pagi ini, Jumat (28/4).
Ariston melihat The Fed masih akan memperhatikan efek kenaikan suku bunga acuan terhadap perbankan AS. Masih ada kekhawatiran krisis perbankan AS akan muncul lagi, sehingga mendukung ekspektasi kenaikan bunga The Fed segera berakhir.
Namun, analis DCFX Lukman Leong melihat data pertumbuhan ekonomi AS yang dirilis semalam akan memberi sentimen mix ke pergerakan rupiah sekalipun ada kecenderungan menguat. Meski data PDB melambat, data inflasi PCE kuartal pertama juga menunjukkan di atas ekspektasi, yakni 4,2% dari ramalan sebesar 3,7%. Inflasi PCE ini penting karena menjadi salah satu data yang paling dicermati oleh The Fed sebelum menentikan arah kebijakan moneternya.
Inflasi PCE yang lebih tinggi dari ekspektasi ini menurutnya jadi penyebab kenaikan pada imbal hasil alias yield obligasi AS. Hal ini menekan rupiah hari ini. Meski demikian, Lukman melihat rupiah secara keseluruhan masih berpeluang menguat terbatas hari ini.
"Sentimen positif masuknya investor ke SBN karena optimisme akan perekonomian Indonesia dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang relatif masih akan kuat serta imbal hasil yang relatif tinggi serta harapan pada kenaikan pada cadangan devisa," kata Lukman dalam catatannya.
Ia memperkirakan rupiah akan menguat terbatas hari ini di rentang Rp 14.600-Rp 14.800 per dolar AS.