Indeks Purchasing managers' Index (PMI) Manufaktur meningkat pada April 2023 dari 51,9% pada bulan sebelumnya menjadi ke 52,7%, rekor terkuat sejak September 2022. Kementerian Keuangan menyebut salah satu pendukungnya karena momentum Ramadan dan Lebaran.
Pembacaan indeks di atas 50 mengindikasikan bahwa sektor manufaktur Indonesia berada dalam kondisi ekspansif. Adapun kinerja manufaktur Indonesia telah mencatatkan kinerja ekspnasif selama 20 bulan beruntun.
"Penguatan PMI manufaktur didorong oleh permintaan dalam negeri yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam keterangannya, Rabu (3/5).
Ia menilai secara keseluruhan sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November tahun lalu. Menurutnya produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong output produksi mereka di masa depan.
“Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global,” ujar Febrio.
Ia menilai kenaikan harga-harga bisa dikendalikan meski permintaan naik karena Ramadan dan Lebaran. Hal ini tercermin dari inflasi secara tahunan yang melanjutkan penurunan ke 4,33% dari Maret sebesar 4,97%. Meski demikian, inflasi secara bulanan memang meningkat meskipun kenaikannya relatif tidak setinggi inflasi pada Ramadan dan Lebaran tahun lalu.
Laporan S&P Global mengungkap,perbaikan yang solid pada kondisi bisnis di seluruh sektor manufaktur Indonesia. Perbaikan kuat pada volume pesanan sebagian besar menggambarkan permintaan domestik yang kuat. Namun penjualan ekspor turun pada bulan April karena kondisi bisnis di beberapa tujuan ekspor luar negeri utama menurun.
Menurut perusahaan manufaktur peserta survei, kenaikan volume pekerjaan baru dan saluran penjualan yang kuat secara keseluruhan menyebabkan kenaikan lebih jauh pada jadwal produksi pada bulan April. Tingkat pertumbuhan output merupakan yang tercepat sejak bulan September 2022.
Penyerapan tenaga kerja juga meningkat dengan kondisi manufaktur yang makin ekspansi. Laporan itu menunjukkan penciptaan lapangan kerja meningkat ke lau tercepatnya selama lima bulan terakhir.
Stok input terus naik, responden survei mengaitkan hal itu dengan pertumbuhan produksi mendatang. Akumulasi inventaris praproduksi terkini merupakan yang paling tajam sejak Desember 2021. Sebaliknya, stok barang jadi menurun selama dua bulan berjalan pada bulan April. Beberapa perusahaan manufaktur mencatat bahwa penjualan yang lebih kuat dari yang diharapkan menyebabkan inventaris barang jadi menurun.
Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence Tim Moore menilai, produsen barang optimistis terhadap prospek pertumbuhan jangka pendek. Para produsen memperkirakan, ekspansi output paling tinggi akan terjadi pada November 2023.
"Terlebih lagi, lapangan kerja terus berlanjut pada bulan April dan stok pembelian terakumulasi pada laju tercepat selama 16 bulan untuk mengantisipasi kenaikan jadwal produksi," katanya dalam laporan kemarin.