Laporan Khusus | KTT ASEAN 2023

KM Sinabung Disulap Jadi Hotel saat Acara KTT ASEAN Labuan Bajo

ANTARA FOTO/Zabur Karuru/YU
Pengunjung mengambil gambar pemandangan dari KM Sinabung di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Minggu (7/5/2023).
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Lavinda
12/5/2023, 19.01 WIB

Ada pemandangan berbeda dari KM Sinabung di Labuan Bajo, dalam beberapa hari terakhir. Jika biasanya kapal motor ini membawa penumpang berlayar antar pulau di wilayah timur Indonesia. Kali ini, KM Sinabung disulap menjadi hotel dadakan saat KTT ASEAN ke-42.

Banyaknya jumlah partisipan KTT ASEAN di Labuan Bajo memicu kelangkaan akomodasi. Beberapa pengakuan pengelola hotel lokal menyebut pemesanan untuk acara KTT bahkan sudah dilakukan sekitar dua bulan sebelum acara.

Keterbatasan penginapan itu yang kemudian membuat pemerintah memutar otak memanfaatkan KM Sinabung sebagai penginapan terapung. Kapal bersandar di dermaga Pelabuhan Labuan Bajo selama beberapa hari sehingga penumpang bisa naik turun kapan saja, kecuali pada 10 Mei atau hari pertama puncak KTT di mana kapal berlayar ke tengah laut sejak pukul 11.00-20.30 WITA.

Kapal ini bisa menampung hingga ribuan penumpang dengan 500 kamar tersedia. Namun, pemerintah tak pernah merilis data pasti berapa banyak partisipan KTT ASEAN yang menginap di atas kapal itu. Namun, memang tidak semua kamar terisi, beberapa kamar kelas satu yang bisa diisi hingga empat orang bahkan hanya terisi satu orang.

Keberadaan penginapan terapung KM Sinabung itu memberikan kesan tersendiri bagi beberapa penghuninya. Misalnya saja Anggie Ariesta, perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis Ibu kota itu pertama kali naik ke atas kapal.

Ia bersama sejumlah wartawan lainnya yang kesulitan mendapat akomodasi di sekitar lokask KTT memilih menginap di atas KM Sinabung. Anggie menginap selama empat malam di kapal itu, dari 8-12 Mei 2023.

"Pertama kalinya naik kapal, walaupun hanya memginap doang, tidak berlayar, tapi keren sih, kapal lagi naik kapal segede itu apalagi gratis," kata dia, Jumat (12/5).

Ia bercerita, fasilitas di atas kapal cukup lengkap. Terdapat cafetaria yang menjual beberapa makanan siap saji serta ada restoran di lantai tertentu yang menjual makanan berat. Selain itu, kapal juga sudah dilengkapi musolah dan klinik kesehatan.

Menurutnya, fasilitas di dalam kamar tipe kelas satu yang ia huni tak kalah dengan hotel. Kamar mandi dalam sudah dilengkapi kloset duduk dan beberapa perlengkapan mandi. 

Hanya saja, saat pertama kali masuk, kamar tercium bau kurang sedap. Selain itu, beberapa bagian kapal juga kesulitan menangkap sinyal. Saat tim katadata.co.id berkunjung ke restoran di lantai lima, sinyal Telkomsel tidak tersedia. Namun Anggi menyebut, beberapa penghuni kamar yang lokasinya menghadap ke daratan masih bisa mendapatkan sinyal internet. Untungnya, kapal menyediakan akses wifi bagi penumpang.

"Tapi yang enak itu karena lokasinya strategis. Turun dari kapal, jalan dikit langsung sampai ke Hotel Meruorah (lokasi utama KTT), bahkan ada shuttle bus yang antar jemput untuk ke lokasi media center," ujarnya.

Cerita serupa juga disampaikan penghuni lainnya, Fatimah. Perempuan yang merupakan karyawan perusahaan pelat merah AirNav itu datang ke Labuan Bajo untuk membantu mempromosikan acara KTT ASEAN lewat platform media sosial BUMN. Sayangnya, ia bersama rekannya sempat kesulitan untuk menemukan hotel.

Ia menginap selama dua malam dari tanggal 10 Mei. "Kemarin sempat dibantu carikan sama kantor, minta bantuan ke teman-teman juga bahkan ada yang menawarkan harga Rp 10-25 juta untuk dua malam saja, terus saya mikir kenapa mahal sekali cuma dua hari dan ternyata diinfokan ada kapal ini," ujarnya.

Meski menginap di kamar kelas yang lebih rendah dari Anggi, yakni kelas dua, Fatimah mengaku fasilitas yang ia dapat terbilang nyaman. Ia menghuni kamar itu bersama tiga penghuni lainnya.

Seperti halnya Anggi, Fatimah juga mengaku baru pertama kali naik kapal. Semula ia mengira meskipun bersandar di dermaga, kapal akan tetap bergerak karena adanya ombak sehingga ia sempat was-was akan mabuk laut. Sebaliknya, kapal justru tak bergerak sama sekali.

Ia juga memuji toilet di dalam kamar yang menurutnya jauh dari kesan kotor seperti yang selama ini ia persepsikan. "Harga makanan di kantinnya juga standar, bahkan bisa dibilang lebih murah dibandingkan harga makanan di pinggir jalan," kata dia.

Ni Luh Angela, jurnalis asal Jakarta yang juga terbang ke Labuan Bajo meliput KTT, bercerita pengalamannya pertama kali naik kapal dengan kelas tertinggi yakni kelas satu. Ia semula mengira kamar yang akan disediakan pemerintah yakni kelas ekonomi yang sekamar 'ramai-ramai'. Namun, ia justru mendapat kamar kelas satu yang terdiri atas empat kasur tapi hanya ia isi sendiri.

Ia juga memuji fasilitas yang lengkap. Ia sempat mengunjungi poliklinik di lantai tujuh dan ia memperoleh pemeriksaan dan diberi obat gratis. "Enaknya juga cafetarianya yang lantai delapan itu buka 24 jam," kata dia.

Reporter: Abdul Azis Said

Untuk kelima kalinya, Indonesia didapuk menjadi Keketuaan ASEAN. Situasi dunia tahun ini yang belum kondusif tentu menjadi tantangan tersendiri dalam mengemban amanah tersebut. Persaingan kekuatan besar dunia yang meruncing mesti dikelola dengan baik agar konflik terbuka dan perang baru tidak muncul, terutama di Asia Tenggara.

Keketuaan Indonesia juga diharapkan menjadi pintu bagi ASEAN untuk berperan aktif dalam perdamaian dan kemakmuran di kawasan melalui masyarakat ekonomi ASEAN. Untuk itu, Indonesia hendak memperkuat pemulihan ekonomi dan menjadikan Asia Tenggara sebagai mesin pertumbuhan dunia yang berkelanjutan.

Simak selengkapnya di https://katadata.co.id/asean-summit-2023 untuk mengetahui setiap perkembangan dan berbagai infomasi lebih lengkap mengenai KTT Asean 2023.

#KatadataAseanSummit2023 #KalauBicaraPakaiData