Cina Pangkas Suku Bunga, Tanda Ekonomi Belum Membaik

ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song/WSJ/cf
Ilustrasi. Indeks harga produsen Cina turun 4,6% pada Mei, penurunan terbesar dalam tujuh tahun
Penulis: Agustiyanti
13/6/2023, 19.47 WIB

Bank sentral Cina atau People Bank of China memangkas suku bunga acuannya dari 2% menjadi 1,9%. Ini adalah langkah mengejutkan untuk menopang pertumbuhan ekonominya di tengah masih terjadinya kenaikan suku bunga di AS dan Eropa. 

Pemangksan suku bunga repo tenor 7 hari ini merupakan yang pertama sejak Agustus tahun lalu. Keputusan ini akan meningkatkan likuiditas dalam sistem perbankan dan membuat pinjaman jangka pendek lebih murah. 

Analis Capital Economics mengatakan, jumlah pinjaman yang terpengaruh kecil, tetapi langkah tersebut signifikan karena menandakan bahwa PBOC kemungkinan akan memangkas beberapa suku bunga utama lainnya akhir bulan ini.  "Pemotongan suku bunga mengungkapkan kekhawatiran yang berkembang di antara para pembuat kebijakan tentang kesehatan pemulihan Cina," kata analis Capital Economics pada hari Selasa.

Analis mengatakan, kebijakan tersebut kemungkinan akan diikuti penurunan serupa pada suku bunga pinjaman jangka menengah, dan suku bunga acuan Loan Prime Rate (LPR) masing-masing pada hari Kamis dan Selasa depan, mengingat ketiga suku bunga biasanya bergerak bersamaan.

"Pemotongan suku bunga datang lebih awal dan lebih tajam dari ekspektasi pasar, menyoroti rasa urgensi untuk mengurangi momentum ekonomi dan kepercayaan bisnis,” kata Becky Liu, kepala strategi makro Cina untuk Standard Chartered Bank.

PBOC pada Maret memangkas rasio persyaratan cadangannya, yang menentukan jumlah uang yang harus disimpan bank sebagai cadangan, daripada meminjamkan menjadi sebesar 0,25%. Ini merupakan upaya PBoCuntuk menjaga aliran uang melalui sistem keuangan dan menopang ekonomi. . Pemotongan suku bunga itu juga mengejutkan dan mengikuti gejolak selama seminggu di pasar keuangan global yang dipicu oleh kegagalan beberapa bank regional AS.

Berbagai indikator menunjukkan bahwa pemulihan Cina mulai melemah setelah ledakan awal aktivitas dalam beberapa bulan pertama tahun ini usai pelonggaran pembatasan Covid-19.

Daya Beli Cina Lesu

Risiko deflasi menghantui perekonomian Cina. Indeks harga produsen Cina turun 4,6% pada Mei, penurunan terbesar dalam tujuh tahun. Indeks harga konsumen naik tipis 0,2% di bulan Mei dari tahun lalu. Pada April, inflasi ekonomi terbesar kedua dunia ini hanya mencapai 0,1%.

Tingkat inflasi yang rendah sangat kontras dengan kenaikan harga di ekonomi utama lainnya di seluruh dunia, menunjukkan lemahnya permintaan domestik Cina.

Ekspor Cina turun 7,5% pada bulan Mei dari tahun sebelumnya, penurunan terbesar sejak Januari, dan impor semakin menyusut.

PMI manufaktur resmi negara itu, ukuran aktivitas pabrik di antara perusahaan besar milik negara, meluncur lebih jauh ke wilayah kontraksi pada bulan Mei.

Sementara itu, tingkat pengangguran kaum muda melonjak ke rekor tertinggi 20,4% pada bulan April, menyoroti tekanan yang dihadapi ekonomi untuk menyerap pekerja baru.

"Pertumbuhan Cina telah kehilangan momentum di tengah kepercayaan yang memburuk," kata Zhaopeng Xing dan Betty Wang, analis ANZ Research, dalam sebuah catatan penelitian pada hari Selasa.

Selain itu, menurut Wang banyak rumah tangga yang terlilit hutang mencoba untuk menabung untuk membayar kembali pinjaman daripada membelanjakannya, kata mereka. Pemerintah daerah juga menghadapi tekanan pembayaran utang yang meningkat tahun ini.