Ekonom Peringatkan RI Tak Boleh Terkena Innovation Trap Seperti Jepang

Katadata - Arief Kamaludin
Ekonom senior, Raden Pardede menjadi pembicara pada gelaran IDE 2023.
Penulis: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
20/7/2023, 11.28 WIB

Ekonom senior Raden Pardede memperingatkan Indonesia tak boleh masuk dalam jebakan inovasi atau innovation trap seperti yang dialami Jepang. Hal ini dapat menghambat ekonomi Indonesia tumbuh pesat menjadi negara maju di masa mendatang. 

"Pesan saya untuk teman-teman dunia usaha yang bergerak di ekstraktif untuk mulai menyediakan anggaran untuk riset dan pengembangana (R&D), tanpa itu, kalau orang-orang mengatakan soal middle income trap, saya perkenalkan sekarang middle innovation trap," ujarnya dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2023 di Jakarta, Kamis (20/7). 

Negara yang saat ini menurutnya bisa menjadi contoh mengalami innovation trap adalah Jepang. Ia menyebut perekonomian Jepang segera disalip oleh Korea Selatan karena negara matahari terbit itu cenderung tidak begitu mendukung agar dunia usaha berkompetisi dan menciptakan inovasi.

Hal itu terlihat dari industri otomotif di Jepang yang saat ini sangat lambat untuk bertransformasi ke industri kendaraan listrik. Ia menduga, adanya 'lobi-lobi' dari pelaku industri otomotif Jepang kepada regulator untuk mempertahankan model bisnis lama telah menghambat negara itu beralih ke industri kendaraan listrik. 

Hal ini berkebalikan dengan Korea Selatan yang menurut Raden lebih mendukung terjadinya kompetisi usaha. Hal ini membuat Korea Selatan kini memimpin inovasi dari pengembangan kendaraan berbasis listrik.

"Bagaimana kebijakan yang sangat mendukung terhadap inovasi baru tersebut dibandingkan yang tadi cenderung menghambat inovasi, sehingga yang terjadi sekarang adalah dari sisi kreativitas dan inovasi, Korea Selatan jauh lebih maju dari Jepang. Ini adalah peringatan buat kita," kata Raden.

Ia menilai dukungan terhadap inovasi ini sangat penting. Ini karena tidak cukup bagi Indonesia untuk mengandalkan realokasi sumber daya dan modal untuk bisa mencapai target negara berpenghasilan tinggi dan keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.

Menurut Airlangga, negara yang sudah menggelontorkan investasi yang besar sekalipun bisa kembali terjebak di negara berpenghasilan menengah jika tidak beradaptasi dengan inovasi terkini. "Jadi, kuncinya adalah teknologi, menurut saya, kita tidak akan keluar dari middle income trap tanpa kita agresif mengadopsi teknologi," kata Raden.

Hal itu, menurutnya, sudah terbukti pada beberapa abad lalu. Perekonomian dunia cenderung stagnan alias tidak berubah sebelum adanya ledakan teknologi dan revolusi industri beberapa abad lalu. Inovasi teknologi mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian.

Reporter: Abdul Azis Said