Tren work from home (WFH) atau bekerja dari rumah berkembang pesat sejak Pandemi Covid-19. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut, tren ini menjadi salah satu penyebab pemulihan ekonomi setelah Covid-19 di beberapa negara maju tertahan.
Meski mobilitas masyarakat kembali normal setelah tiga tahun Covid-19, tren WFH mulai dianggap sebagai salah satu pilihan penting banyak pekerja. Tak heran wacana periode kerja hanya empat hari dalam sepekan pun muncul.
"Sekarang CEO dan perusahaan-perusahaan dunia itu mulai negosiasi kerjanya empat hari saja seminggu sehingga mungkin pekerja lebih produktif atau kerjanya lebih fleksibel," kata dia dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2023 di Grand Ballroom Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (20/7).
Wacana kerja hanya empat hari belakangan ramai dibahas, terutama di beberapa negara maju. Uji coba sudah dilakukan di Inggris, Belgia, dan Portugal. Belgia sudah mengizinkan pekerjanya untuk mengajukan kerja hanya empat hari dalam sepekan sejak awal tahun lalu. Sementara Portugal baru saja memulainya baru-baru ini.
Sri Mulyani menilai, hari kerja yang lebih pendek dan fleksibilitas kerja lainnya seperti WFH memang tampak menguntungkan dari sisi pekerja. Namun, tren ini secara tidak langsung berdampak luas terhadap perekonomian.
"Banyak gedung-gedung perkantoran di negara-negara maju sekarang kosong. Makanya pemulihan ekonomi menjadi sangat sulit, karena permintaan terhadap penyewaan gedung menjadi sangat turun, sektor properti akan sangat terpengaruh," ujarnya.
Ini bukan kali pertama Sri Mulyani menyinggung soal konsekuensi dari perubahan pola kerja setelah Pandemi Covid-19. Dalam sebuah acara awal tahun ini, ia mengatakan dirinya sempat berdiskusi dengan salah satu orang terkaya dunia, Mike Bloomberg soal perubahan pola kerja anak muda saat ini. Bloomberg bercerita ke Sri Mulyani bahwa banyak anak muda di Amerika saat ini lebih suka bekerja dari jarak jauh ketimbang bekerja di kantor.