Nilai tukar rupiah menguat 0,01% ke level Rp 15.026 per dolar AS pada perdagangan pagi ini. Namun, analis memperkirakan rupiah berpotensi melemah sepanjang hari ini karena pasar mengantisipasi hasil rapat kebijakan moneter the Fed yang akan dirilis pekan ini.
Mengutip Bloomberg, mata uang Asia bergerak bervariasi terhadap dolar AS. Pada pukul 10.00 WIB, Won Korea Selatan menguat 0,07%, rupee India 0,04%, peso Filipina 0,08%, dolar Singapura 0,03%, dolar Hong Kong 0,01%, dan yen Jepang 0,2%. Sementara itu, baht Thailand melemah 0,23%, ringgit Malaysia 0,26%, dolar Taiwan 0,33%. Hanya yuan Cina yang stagnan.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra menjelaskan, rupiah berpotensi melemah karena pasar biasanya berprilaku wait and see dan tidak berani berspekulasi terlalu besar menjelang hasil rapat The Federal Reserve yang akan dirilis Rabu (27/7). Menurut survei CME, probabilitas kenaikan suku bunga The Fed sebesar 25 bps menjadi 5,25% hingga 5,55% hampir 100%.
Menurut dia, tingkat inflasi AS memang melandai tapi belum menyentuh target 2%. Beberapa data ekonomi AS seperti data tenaga kerja, masih mengindikasikan daya beli masyarakat AS masih tinggi sehingga bisa menaikan inflasi lagi. Yield obligasi pemerintah AS juga masih terlihat menaik, yang mengindikasikan bahwa pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS berikutnya.
"Rupiah berpotensi melemah ke arah Rp 15.050 hingga Rp 15.070 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.980 per dolar AS," kata dia.
Pengamat pasar uang Lukman Leong juga memperkirakan rupiah akan melemah hari ini. Rupiah berpotensi melemah karena investor mengantispiasi pertemuan bBank Sentral A s yang diperkirakan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps.
"Di sisi lain, BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga besok. Rupiah hari ini akan bergerak dalam rentang Rp 14.950- Rp 15.100 per dolar AS," kata dia.