Bank Sentral Cina mempertahankan suku bunga acuannya pada hari ini, Rabu (20/9), sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini sejalan dengan tanda-tanda baru stabilisasi ekonomi dan melemahnya yuan yang membuat regulator tak perlu terburu-buru melonggarkan moneter.
Data perekonomian baru-baru ini menunjukkan bahwa negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia ini mulai menemukan pijakannya setelah mengalami perlambatan yang tajam. Namun, pelemahan yuan telah mengurangi urgensi bagi pihak berwenang untuk secara agresif menurunkan suku bunga dalam menopang pertumbuhan.
Suku bunga dasar pinjaman (LPR) satu tahun dipertahankan sebesar 3,45%, sedangkan LPR lima tahun tidak berubah sebesar 4,20%. Sebagian besar pinjaman baru dan terutang di Tiongkok didasarkan pada LPR satu tahun, sedangkan suku bunga lima tahun memengaruhi harga hipotek.
Dalam survei Reuters terhadap 29 analis pasar dan pedagang, seluruh peserta memperkirakan tidak ada perubahan pada LPR satu tahun. Sebagian besar dari mereka juga memperkirakan suku bunga lima tahun akan tetap stabil.
Penetapan LPR yang stabil mengikuti keputusan bank sentral pekan lalu untuk memperpanjang jangka waktu pinjaman kebijakan jangka menengah dan mempertahankan suku bunga pinjaman tersebut tidak berubah.
Suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) berfungsi sebagai panduan bagi LPR. Pasar melihatnya sebagai awal dari setiap perubahan pada tolok ukur pinjaman.
Perbedaan imbal hasil yang semakin lebar dengan negara-negara besar lainnya, khususnya Amerika Serikat, dan melemahnya pertumbuhan domestik telah menyebabkan yuan Tiongkok anjlok lebih dari 5% terhadap dolar AS pada tahun ini. Kondisi ini mendorong pihak berwenang di Cina untuk meningkatkan upaya mengendalikan pelemahan tersebut.
"Perhatian lebih harus diberikan pada nilai tukar yuan terhadap sekeranjang mata uang," kata Zou Lan, seorang pejabat bank sentral Tiongkok dalam konferensi pers pada Rabu (20/9).
Zou mengatakan, Tiongkok akan mengekang gangguan pasar, memperbaiki pergerakan yuan yang sepihak, dan menjaga risiko mata uang melampaui batas.
“Peluncuran kebijakan moneter mempertahankan kecepatannya, dan masih ada peluang pengurangan LPR bulan depan,” kata Xing Zhaopeng, ahli strategi senior Tiongkok di ANZ.
Xing memperkirakan, data-data ekonomi akan terus membaik pada kuartal keempat dan low base effect akan memastikan pertumbuhan melebihi 5%.
“Dampak kebijakannya akan meluas hingga beberapa kuartal ke depan. Kami telah merevisi perkiraan PDB tahun 2023 dan 2024 menjadi 5,1% dan 4,2%,” ujarnya.
Bank sentral Tiongkok pekan lalu menurunkan jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan untuk kedua kalinya tahun ini guna meningkatkan likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi. Meskipun LPR stabil, beberapa pengamat pasar mengatakan langkah-langkah pelonggaran properti kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang.
“Ke depan, kami memperkirakan volume penjualan properti akan stabil secara bertahap pada tingkat rendah dalam beberapa bulan mendatang, investasi infrastruktur akan tumbuh dengan kecepatan yang kuat namun lebih lambat pada tingkat yang tinggi,” kata Wang Tao, kepala ekonom Tiongkok di UBS.
Ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Cina dapat mencapai 4,8% pada tahun ini. Perkembangan sektor properti, serta seberapa besar dan cepatnya pelonggaran kebijakan masih tetap menjadi ketidakpastian terbesar bagi perekonomian Cina.