Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah 0,15% ke level 15.382. Tren pelemahan diperkirakan para pengamat akan berlanjut pada perdagangan hari ini, Jumat (22/9).
Rupiah melemah saat sebagian besar mata uang negara Asia lainnya justru menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong naik 0,03%, dolar Singapura naik 0,01%, peso Filipina naik 0,01%, yen Cina naik 0,07%, dan ringgit Malaysia naik 0,09%. Namun, yen Jepang turun 0,05% dan baht Thailand turun 0,33%.
Analis pasar uang Lukman Leong mengatakan pelemahan rupiah terjadi di tengah sentimen risk off yang menguat pasca pertemuan bank sentral AS, The Federal Reserve. Risk off adalah situasi dimana investor menarik modalnya dari aset dengan resiko tinggi, untuk menghindari kemungkinan kerugian.
"Rupiah kemungkinan akan bergerak dalam rentang 15.350-15.450," kata Lukman dalam keterangan tertulis, dikutip jumat (22/9).
Melansir Reuters, The Fed mempertahankan suku bunga stabil pada hari Rabu (20/9). The Fed mengeluarkan sinyal untuk menaikkan suku bunga acuan sekali lagi pada tahun ini menjadi 5,50%-5,75%.
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Chendra, menilai rupiah masih berpeluang melemah terhadap dolar AS imbas dari sikap Bank Sentral AS yang agresif dalam memperketat kebijakan moneter (hawkish).
Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih menunjukkan kenaikan untuk tenor 10 dan 30 tahun. Ini menunjukkan ekspektasi pasar terhadap suku bunga acuan AS ke depan. Indeks dolar AS pun masih bertahan dalam tren naiknya, sekarang bergerak di atas level 105.
“Di sisi lain, kondisi perekonomian Indonesia yang masih stabil seperti pertumbuhan PDB dan inflasi yang masih di dalam kisaran proyeksi, mungkin bisa membantu menahan pelemahan rupiah hari ini,” kata Ariston dalam risetnya.
Ariston memprediksi potensi pelemahan rupiah hari ini berada di kisaran 15.400-15.450, dengan potensi support di kisaran 15.350.