Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen pada September 2023 mengalami inflasi sebesar 0,19%, berbalik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi 0,02%. Inflasi pada bulan lalu, terutama disumbangkan kenaikan harga beras dan bensin.
Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, tingkat inflasi bulanan pada September 2023 lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, inflasi secara tahunan turun dari 3,27% menjadi 2,28%.
“Penyumbang inflasi bulanan terbesar pada September adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi 0,35% dan andil 0,09%. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi secara bulanan terbesar adalah beras dan bensin," ujar Amalia dalam konferensi pers, Senin (2/10).
Ia menjelaskan, beras memberikan andil inflasi 0,18%, sedangkan bensin 0,06% pada bulan lalu. Sumbangan inflasi dari bensin sejalan dengan penyesuaian harga BBM nonsubsidi.
"Sementara beberapa komoditas memberikan andil inflasi 0,01%, yakni tarif pulsa ponsel, biaya kuliah akademi/perguruan tinggi, rokok kretek filter, dan daging sapi," kata dia.
Di sisi lain, menurut dia, sejumlah komoditas pangan memberikan andil deflasi terhadap komponen IHK pada bulan lalu. Deflasi disumbangkan oleh harga bawang merah, telur ayam ras, cabai rawit, bawang putih, dan cabai merah. Tarif angkutan udara, menurut dia, juga menyumbangkan deflasi seiring musim liburan yang sudah berakhir.
BPS juga mencatat 73 kota mengalami inflasi dan 17 kota mengalami deflasi dari 90 kota yang disurvei BPS. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, Sumatera sebesar 1,14%. Sementara itu, deflasi terdalam terjadi di Manokwari 1,7%.
Adapun berdasarkan komponennya, inflasi disumbangkan oleh seluruh komponen. Komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,23% dengan andil 0,04%, komponen harga yang diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,37% dengan andil 0,07%, dan komponen inti mengalami inflasi 0,12% dengan andil 0,08%.