Nilai tukar rupiah melemah 0,38% ke level Rp 15.933 per dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot pada perdagangan Selasa pagi (24/10). Namun mata uang Garuda berpotensi menguat.
Rupiah juga melemah terhadap dolar AS pada Senin pagi (23/10).
Analis Pasar Uang Lukman Leong menilai rupiah berpotensi rebound atau menguat hari ini. Sebab, indeks dolar AS terkoreksi dan imbal hasil obligasi atau surat utang Amerika turun.
“Investor menantikan data manufaktur PMI AS malam ini yang diperkirakan turun,” ujar Lukman kepada Katadata.co.id. Ia memperkirakan, rupiah bergerak dalam rentang Rp 15.850 – Rp 16.000 per dolar AS.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra menyampaikan dolar AS terkoreksi terhadap mayoritas mata uang pada perdagangan kemarin. Indeks dolar berada di 105.6 pagi ini, atau turun dibandingkan sehari sebelumnya 106 lebih.
Penurunan indeks dolar AS sejalan dengan tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Amerika yang turun. Yield obligasi tenor 10 tahun sekitar 4,86% pagi ini, turun dibandingkan sebelumnya 4,99%.
"Serangan darat Israel yang ditunda mungkin menurunkan kekhawatiran pasar," kata Ariston.
“Pasar masih memperhatikan perkembangan di Timur Tengah. Sebagian indeks saham Asia masih bergerak negatif seperti Nikkei, Hangseng, Kospi,” Ariston menambahkan.
Menurut dia, rupiah berpeluang melemah terhadap dolar AS ke arah Rp 15.950, dengan potensi penguatan di sekitar Rp 15.900 per dolar AS.
Berdasarkan data Bloomberg, sejumlah mata uang Asia menguat terhadap dolar seperti:
- Baht Thailand 0,46%
- Ringgit Malaysia 0,31%
- Peso Filipina 0,12%
- Dolar Singapura 0,11%
- Yen Jepang 0,1%