Anggaran Tahunan Bank Indonesia 2024 Diprediksi Defisit Rp 29,2 T

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/rwa.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan saat konferensi pers di Kantor Pusat BI, Jakarta, Jumat (3/11/2023). Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau menjadi 6 persen pada Oktober 2023 dilakukan untuk memitigasi dampak gejolak ekonomi global terhadap kondisi stabilitas dalam negeri, khususnya nilai tukar dan inflasi.
13/11/2023, 20.53 WIB

Anggaran tahunan Bank Indonesia (ATBI) diprediksi defisit Rp 29,2 triliun pada 2024. Defisit dipengaruhi oleh pengeluaran anggaran kebijakan yang meningkat, kenaikan biaya operasi moneter, serta beban kontribusi BI terhadap program pemulihan ekonomi nasional atau burden sharing.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan  defisit anggaran tersebut didorong oleh potensi defisit anggaran kebijakan sebesar Rp 38,98 triliun pada 2024. Hal ini diakibatkan oleh biaya moneter untuk mempertahankan suku bunga.

“Sementara anggaran operasional diperkirakan surplus Rp 9,68 triliun yang dikontribusikan oleh penerimaan hasil pengelolaan aset valas dan kami terus berupaya supaya terjadi efisiensi untuk anggaran pengeluaran,” kata Perry dalam rapat kerja bersama Komisi XI, Senin (13/11).

Secara rinci, anggaran operasional terdiri dari penerimaan operasional sebesar Rp 29,75 triliun dan pengeluaran operasional sebesar Rp 20,06 triliun. Penerimaan operasional terdiri dari hasil pengelolaan aset valas Rp 29,68 triliun, penerimaan kegiatan kelembagaan Rp 11 miliar, dan penerimaan administrasi Rp 56 miliar.

Adapun pengeluaran anggaran operasional terdiri dari gaji dan penghasilan lainnya sebesar Rp 5,36 triliun, manajemen SDM Rp 3,29 triliun, serta layanan sarana dan prasarana Rp 2,83 triliun.

Perry pun menjelaskan, pada 2024 pertumbuhan ekonomi domestik diproyeksikan akan sebesar 5,0% didorong terutama oleh permintaan domestik sejalan dengan kenaikan gaji ASN, penyelenggaraan pemilu, dan pembangunan IKN.

 "Inflasi diperkirakan diperkirakan meningkat menjadi sebesar 3,2% sejalan dengan permintaan yang masih baik dan dampak dari nilai tukar rupiah yang lebih lemah," kata Perry.

Adapun nilai tukar rupiah diperkirakan berada di level Rp 15.510 pada 2024. Hal itu dipengaruhi berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global yang kemudian mempengaruhi aliran modal ke negara berkembang dan memberikan tekanan kepada mata uang dunia.

Reporter: Zahwa Madjid