Di tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat dengan ketidakpastian yang tinggi, ekonomi Indonesia tetap solid dan terus menunjukkan prospek yang cerah. Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,7%-5,5% pada 2024 yang merupakan tahun politik.
Setelah Pemilu 2024 dilalui, bank sentral bahkan memprakirakan pertumbuhan Indonesia akan kembali berlanjut. BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi akan mencapai di kisaran 4,8%-5,6% pada 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memprakirakan, inflasi akan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5% plus minus 1% pada 2024 dan 2025 didukung konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
"Stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga, dan digitalisasi juga terus berkembang pesat," kata Perry dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Jakarta, Rabu (29/11).
Walau begitu, berbagai tantangan global ke depan yang perlu dicermati mencakup perlambatan dan divergensi pertumbuhan ekonomi global, penurunan inflasi yang lambat, suku bunga negara maju yang lebih tinggi dan lebih lama.
Selain itu, Indonesia juga menghadapi tantangan tambahan, seperti mata uang dolar yang makin kuat, kemudian pelarian modal dalam jumlah besar dari emerging markets ke negara maju.
"Untuk itu, sinergi sebagai kunci dari prospek kinerja ekonomi Indonesia dalam melanjutkan ketahanan dan kebangkitan ekonomi terus diperkuat," terang Perry.
Pada kesempatan yang sama, Presiden RI, Joko Widodo menyampaikan terima kasih atas sinergi yang telah terbangun sehingga proses pemulihan ekonomi berjalan dengan baik dan perekonomian Indonesia dalam kondisi stabil.
"Pentingnya kita untuk terus optimis namun tetap waspada untuk ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional. Untuk menopang momentum perekonomian yang berkelanjutan, strategi hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah merupakan penggerak perekonomian nasional," terang Jokowi.
Proyeksi Rupiah dan Neraca Pembayaran
BI juga memproyeksi perekonomian domestik pada 2024-2025 tetap terjaga di tengah semakin tingginya ketidakpastian global. Kemudian nilai tukar Rupiah tahun 2024 diproyeksikan akan tetap stabil.
Perry menyebut, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) akan tetap terjaga untuk mendukung stabilitas eksternal. Hal ini sejalan dengan prakiraan defisit transaksi berjalan yang terjaga rendah pada kisaran defisit 0,1% sampai dengan defisit 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2024 dan defisit 0,5% sampai dengan defisit 1,3% dari PDB pada 2025.
Tak hanya itu, kredit atau pembiayaan perbankan terus melanjutkan perbaikan dan diprakirakan akan tumbuh lebih tinggi. BI memprakirakan pertumbuhan kredit akan berada pada kisaran 10%-12% pada 2024, dan 11%-13% pada 2025.
Hal ini didukung kinerja transaksi ekonomi dan keuangan digital yang tetap kuat ditopang oleh sistem pembayaran yang aman, lancar, dan andal. Sehingga, transaksi digital banking akan tumbuh 23,2% pada 2024 hingga mencapai Rp 71.584 triliun, dan tumbuh 18,8% pada 2025 menjadi Rp 85.044 triliun.
"Transaksi e-commerce juga akan terus tumbuh 2,8% menjadi Rp 487 triliun pada 2024 dan 3,3% menjadi Rp 503 triliun pada 2025," kata Perry.